Namun, para ahli telah berhasil memecahkan misteri tersebut dengan melakukan penelitian seismik glasial di Himalaya.
Mereka menemukan bahwa suara-suara itu berasal dari bongkahan gletser yang retak dan bergeser akibat perubahan suhu.
Menurut Evgeny Podolskiy, seorang ahli glasiologi yang terlibat dalam penelitian tersebut, gletser di Gunung Everest sangat sensitif terhadap fluktuasi suhu harian.
Saat siang hari, suhu udara naik dan menyebabkan gletser meleleh sedikit. Saat malam hari, suhu udara turun dan menyebabkan gletser membeku kembali.
Proses ini menciptakan tekanan dan tegangan di dalam gletser yang akhirnya melepaskan energi dalam bentuk suara-suara misterius itu.
Podolskiy mengatakan bahwa fenomena ini mirip dengan suara retakan es di dalam gelas minuman.
Jasad-jasad abadi yang dijadikan kambing hitam
Sebelum penemuan yang disampaikan oleh Evgeny Podolskiy, banyak orang yang mengaitkan suara-suara misterius di gunung everest dengan hal-hal mistis.
Terlebih, gunung dengan ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut tersebut memang telah merenggut 300 nyawa pendakinya.
Beberapa di antaranya bahkan masih tergeletak di sepanjang jalur pendakian Gunung Everest.
Baca Juga: Asmujiono: Sosok Prajurit Kopassus 'Cebol' yang Gapai Puncak Everest
KOMENTAR