Advertorial

Memilukan Sekaligus Mengerikan, Beginilah Potret Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Gunung Everest yang Tewas dalam Pendakian

Tatik Ariyani

Penulis

Gunung Everest tidak hanya bukti keagungan keindahan alam, tapi juga tempat menantang bagi para petualang dengan risiko mematikan.
Gunung Everest tidak hanya bukti keagungan keindahan alam, tapi juga tempat menantang bagi para petualang dengan risiko mematikan.

Intisari-Online.com -Musim pendakian puncak Gunung Everest pada pekan ini telah menyebabkan kematian sejumlah orang.

Pendaki terakhir yang kehilangan nyawa berasal dari Irlandia dan Inggris sehingga total korban tewas 10 orang.

Melansir kantor beritaAFP, pendaki asal Inggris, Robin Fisher, berhasil mencapai puncak pada Sabtu (25/5/2019) pagi.Namun, dia tak sadarkan diri ketika baru saja mencapai 150 meter menuruni lereng.

Gunung Everest tidak hanya bukti keagungan keindahan alam, tapi juga tempat menantang bagi para petualang.

Baca Juga: 'Mohon Maaf Bapak .. Mohon Maaf,' Kata Wali Kota Risma Sambil Sujud Lemas dan Menangis di Kaki Dokter

Karena risiko berbahaya, banyak pendaki yang datang tanpa pernah kembali lagi.

Berikut 5 kisah di antaranya:

5. George Mallory dan Sandy Irvine (Inggris)

Pada 1924 George Mallory dan Sandy Irvine mendaki Everest dan kemudian hilang selama 75 tahun.

Baca Juga: Menyantap Seporsi Makanan Ini di Malam Hari Bukanlah Masalah, Justru Bemanfaat Bagi Diet Anda!

Mayat Mallory ditemukan pada 1999, sedangkan Irvine masih belum diketahui keberadaannya.

4. Maurice Wilson (Inggris)

Pada 1934 Maurice Wilson seorang mistikus, tentara Inggris dan pilot berencana menerbangkan pesawat ke lereng atas Everest dan kemudian mendaki ke puncak.

Baca Juga: Covid Hari Ini 29 Juni 2020: Kasus Positif Corona Kembali Melonjak, China Karantina 400.000 Warga Kota Anxin

Rencana ini tidak diperkenankan oleh pihak berwenang, Wilson kemudian terbang ke India dan mendekati Gletser Rombuk di Everest untuk mendaki dengan peralatan seadanya.

Belum terlalu jauh dia kembali dengan pergelangan kaki bengkok, buta, dan kelelahan.

Dia ditemukan tahun 1935, ekspedisi itu terdokumentasikan dalam buku harian di dekat mayatnya.

3. Hannelore Schmatz dan Ray Genet (Jerman)

Pada 1979 Hannelore Schmatz bersama Ray Genet dalam perjalanan turun memutuskan untuk bermalam di camp dalam kantong tidur tanpa penutup kepala.

Setelah terjadi badai salju, Ray meninggal karena hipotermia sedangkan Hannelore menyerah kelelahan hanya sejauh 330 kaki dari perkemahan.

Baca Juga: 'Pertanian Mayat' Ini Mengungkap Bahwa Tubuh Manusia Masih Bergerak 17 Bulan setelah Meninggal, Juga Penemuan Lain yang Sangat Penting Bagi Dunia Kepolisian

2. Karl Gordon Henize (Amerika)

Pada 1993 Karl Gordon Henize seorang profesor dan ilmuwan NASA mengambil cuti untuk mendaki Everest.

Dia ingin menguji alat NASA untuk radiasi di tempat berbeda guna mempelajari efek pada jaringan tubuh manusia.

Namun pada hari kedua Henize mengalami kegagalan paru-paru, dia tidak dapat turun dari gunung dan meninggal pada ketinggian 18.000 kaki.

1. Francys Arsentiev (Amerika)

Pada 1998 Francys Arsentiev mendaki bersama suaminya, namun ketika suaminya berhenti di camp, Francys melanjutkan perjalanan sendiri tanpa suplemen oksigen.

Sehari kemudian suaminya dengan membawa oksigen serta obat-obatan menemukan jasad istrinya telah membeku.(Muflika Nur Fuaddah)

Baca Juga: Babak Baru Kasus Jiwasraya, BPK Dianggap Lindungi Grup Bakrie di Kasus Perusahaan Asuransi Ini, Bentjok Sampai Ditumbalkan Ke Bareskrim, Siapa Sebenarnya yang Salah?

Artikel Terkait