Asmujiono: Sosok Prajurit Kopassus 'Cebol' yang Gapai Puncak Everest

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Tiga serangkai Lettu. Iwan, Sertu. Misirin, dan Pratu. Asmujiono. - Sosok Asmujiono, Prajurit Kopassus yang Tingginya Hanya 165 Cm Kebanggaan Prabowo
Tiga serangkai Lettu. Iwan, Sertu. Misirin, dan Pratu. Asmujiono. - Sosok Asmujiono, Prajurit Kopassus yang Tingginya Hanya 165 Cm Kebanggaan Prabowo

Intisari-Online.com - Tahukah Anda siapa sosok bernama Asmujiono?

Asmujionoacap kali dibanggakan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.

Sosoknya kembali disebut-sebut di tengah 'kontroversi' soal keputusan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mengubah syarat tinggi badan calon taruna.

Syarat tinggi badan bagi calon taruna laki-laki diturunkan dari 163 cm menjadi minimal 160 cm.

Sementara, bagi calon taruna perempuan, syarat tinggi badan diturunkan dari 157 cm menjadi minimal 155 cm.

Seiringpro kontra keputusan Jenderal Andika Perkasa ini, namaAsmujiono yang dulunya anggotaKopassus kembali mencuat di tengah.

Menurut Prabowo, laki-laki asal Malang, Jawa Timur, itu awalnya tak memenuhi syarat saat proses seleksi.

Sebabnya, tinggi Asmujiono hanya 165 cm.

Padahal, saat itu, syarat menjadi prajurit Kopassus minimal bertinggi 168 cm.

Namun, Prabowo bilang, ketika itu banyak anak buahnya yang menyebut bahwa Asmujiono punya kemampuan dan semangat luar biasa.

"Perwira-perwira saya bilang anak ini sangat bagus dan memiliki semangat yang luar biasa."

"Perwira mendesak saya untuk menerimanya, tapi saya bilang persyaratan harus dijalankan," kata Prabowo seperti diberitakan Kompas.com, 25 Mei 2014.

Prabowo sendiri juga melihat potensi yang begitu besar dalam diri Asmujiono.

Akhirnya, dia meloloskan Asmujiono sebagai prajurit Korps Baret Merah.

Saat itu, tahun 1997, Asmujiono terpilih menjadi salah satu prajurit Kopassus yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Everest Indonesia 97.

Ekspedisi itu dibentuk Kopassus untuk menaklukan puncak Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia yang terletak di perbatasan Nepal dan daerah otonomi Tibet di China.

Siapa sangka, dalam pendakian itu, Asmujiono menjadi prajurit sekaligus orang Indonesia pertama yang sukses mengibarkan bendera Merah Putih di puncak gunung tertinggi di dunia.

Menginjak Mayat

Asmujiono adalah anggota tim yang pertama berhasil mengibarkan Sang Merah Putih di puncak Everest.

Dituturkan Muji (panggilan akrabnya), beberapa meter menjelang puncak ia sudah disarankan pelatih dari Moskow untuk mundur karena kondisinya amat payah.

Bukannya menuruti saran, Muji malah nekat maju. Apalagi ia tahu, lokasi untuk menancapkan bendera sudah tak jauh. "Saya bukan pengecut, mati pun saya rela!" teriak Muji saat itu, sambil berlari ke atas.

Bayangan kematian sempat melintas di hadapan Muji ketika tak sengaja ia menginjak beberapa mayat pendaki yang tewas dalam sejumlah ekspedisi sebelumnya.

"Saya menangis. Tapi begitu teringat tugas negara, saya maju lagi sambil tetap berdoa," kisahnya.

Sedikit demi sedikit, Muji mulai mendekati titik tripod tempat bendera ditancapkan. Hanya satu meter sebelumnya, "Mendadak pinggang saya nyeri karena kurang minum. Tapi syukurlah, saya masih punya kekuatan menancapkan bendera," cerita Muji yang langsung menangis terharu.

Kenekatan Muji berikutnya, membuka masker oksigen, kacamata, dan sarung tangan serta mengenakan baret merah. Tindakan itu sebetulnya amat berbahaya karena oksigen amat tipis dan suhu yang jauh di bawah titik beku.

Alasan Muji, "Saya ingin punya bukti dokumentasi gambar jelas. Jangan sampai sudah mempertaruhkan nyawa, nanti buktinya disangsikan.

Pokoknya, saya ingin tampang saya jelas saat difoto atau direkam video."

Sedikit demi sedikit, Muji mulai mendekati titik tripod tempat bendera ditancapkan. Hanya satu meter sebelumnya, "Mendadak pinggang saya nyeri karena kurang minum."

"Tapi syukurlah, saya masih punya kekuatan menancapkan bendera," cerita Muji yang langsung menangis terharu.

Menurut Muji, dirinya terpilih sebagai anggota tim karena kondisi fisiknya yang prima. Bujangan asal Malang (Jatim) ini juga kerap menjuarai lomba lari araton, nasional maupun internasional.

"Sebagai anak petani di desa, naik turun gunung sudah biasa saya lakukan waktu kecil. Bahkan saya berangkat ke sekolah dengan berlari," kenang Muji yang bercita-cita mengulang pendakian dari jalur Utara.

Baca Juga: Inilah Sosok Wanita Gurunya Para Gundik Kaisar China Zhu Changshu

(*)

Artikel Terkait