Gamelan dijadikan sebagai media penyebaran agama Islam, dikarenakan pada waktu itu masyarakat Jawa menggemari kesenian Jawa yaitu gamelan.
Hingga pada akhirnya peringatan Maulid Nabi Muhammad pada acara sekaten tidak lagi menggunakan rebana, melainkan menggunakan gamelan sebagai pengiring untuk melantunkan shalawat.
Di Solo sendiri biasanya pagelaran sekaten akan diikuti dengan kegiatan pasar malam selama sebulan penuh.
Tanda bahwa pagelaran Sekaten dimulai yaitu dengan membunyikan gamelan yang akan diarak ke masjid.
Acara ini akan berlangsung pada tanggal 5 hingga 12 Rabiul Awal, yang mana pada tanggal ini gamelan akan ditabuh atau dibunyikan secara terus menerus.
Setelah itu acara akan dilanjutkan dengan Tumplak Wajik dan Grebeg Maulud.
Tumplak Wajik akan dilaksanakan selama dua hari sebelum Grebeg Maulud diadakan.
Upacara Tumplak Wajik ini berupa kotekan atau permainan lagu dengan kentongan.
Hal ini dilakukan dan dijadikan sebagai tanda bahwa pembuatan gunungan telah dimulai.
Lagu-lagu yang dimainkan dalam Tumplak Wajik adalah Lompong Keli, Owal Awil, Tudhung Setan dan lain sebagainya.
Rangkaian acara selanjutnya yaitu ada Grebeg Maulud. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 12 Rabiul Awal. Grebeg Maulud adalah puncak acara dalam tradisi sekaten.
Di dalam Grebeg Maulud terdapat gunungan yang terbuat dari beras ketan, buah-buahan, makanan, dan sayur sayuran.
Gunungan ini ditujukan sebagai wujud doa dan selamatan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan. Setelah didoakan, gunungan ini akan dibagikan ke masyarakat.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR