Intisari-Online.com -Sejumlah pengunjung di Sekaten Solo masih percaya adanya hikmah dan manfaat dari setiap prosesi tradisi Keraton tersebut. Termasuk juga nyirih atau mengunyah daun sirih saat gamelan ditabuh akan membikin awet muda.
Selain mereka berebut janur kuning dan nginang (mengunyah kapur sirih), mereka juga makan telur asin khas Sekaten. Seperti Mbah Broto (65) yang rutin datang tiap ada Sekaten. Dia belum pernah sekali pun melewatkan prosesi adat tabuhan gamelan keraton. Mata nenek Broto, tampak melihat kanan kiri seperti mencari sesuatu.
Sesekali, dia jongkok dan mengambil kuncup bunga melati yang jatuh dari perangkat gamelan pusaka Keraton Solo tersebut.
"Ya ini nguri-nguri jaman dulu. Ini istilahnya shadati lan shadaten, itu laki-laki dan perempuan. Katanya kalau datang ke sini bisa awet muda dan selamat anak cucu. Ini ambil bunga melati buat dikasih di rumah untuk keselamatan," ujar Mbah Broto sembari tersenyum.
Selasa (7/1/2014) pukul 13.00 ramai pengunjung di Mesjid Ageng Surakarta. Ratusan warga sudah mengerumi masing-masing bangsal tempat perangkat gamelan diletakkan.
Hampir semua pengunjung yang datang membawa kinang yang terdiri dari tembakau, daun sirih, bunga kantil, dan injet. Menurut penjual Kinang, Sumi (78), menginang saat tabuhan pertama bonang Kyai Guntur Madu bisa membuat badan tambah sehat dan selamat.
"Sudah jadi tradisi. Mengunyah kapur sirih dan makan telur asin itu kesukaan Kyai Guntur Sari. Kalau cambuk itu kesukaan Kyai Guntur Madu. Ceritanya kalau menginang saat gamelan ditabuh itu bisa bikin awet muda," kata Sumi. Biasanya Sumi menjual kinang racikannya Rp 1.000 per kinang.
Sebelum ditabuh, ulama Masjid Ageng melantunkan ayat-ayat suci Alquran. Kemudian pihak Keraton Solo memerintahkan pimpinan penabuh gamelan Kyai Guntur Madu mulai memainkan Gending Rangkung.(Reza Gunadha|tribunnews.com)