Intisari-online.com - Salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Kesultanan Mataram adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Beliau adalah sultan ke-3 yang berkuasa dari tahun 1613 sampai 1645.
Di masa pemerintahannya, Mataram mencapai puncak kejayaannya sebagai kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara.
Beliau juga terkenal sebagai raja yang gesit, pintar, dan beragama.
Sultan Agung bernama asli Raden Mas Jatmiko dan lahir pada 14 November 1593 di Kota Gede, Mataram.
Beliau adalah anak sulung dari Prabu Hadi Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati.
Beliau mendapat pendidikan agama dari beberapa wali, khususnya Sunan Kalijaga yang menjadi guru dan pembimbingnya.
Beliau juga memiliki nama Pangeran Rangsan yang artinya penuh semangat.
Sultan Agung naik takhta pada usia 20 tahun dengan gelar Panembahan Agung.
Setelah berhasil menaklukan Madura pada tahun 1624, beliau mengubah gelarnya menjadi Susuhunan Agung atau Sunan Agung.
Pada tahun 1641, beliau mendapat gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram dari pemimpin Ka'bah di Mekkah.
Salah satu prestasi terbesar Sultan Agung adalah perlawanannya terhadap VOC di Batavia.
Beliau menyerang Batavia dua kali, yaitu pada tahun 1628 dan 1629.
Meskipun tidak berhasil menguasai kota itu, beliau berhasil melemahkan kekuatan VOC dan mengacaukan jalur perdagangan mereka.
Sultan Agung juga berhasil menundukkan berbagai wilayah di Jawa, seperti Surabaya, Tuban, Pasuruan, Malang, Kediri, Blitar, Madiun, Ponorogo, hingga Banten.
Beliau juga menguasai wilayah luar Jawa, seperti Palembang di Sumatra dan Sukadana di Kalimantan.
Selain prestasi militer, Sultan Agung juga berjasa dalam bidang kebudayaan dan pertanian.
Beliau menciptakan kalender Jawa yang masih digunakan hingga sekarang.
Beliau juga membangun masjid-masjid besar, seperti Masjid Agung Demak dan Masjid Gedhe Mataram.
Beliau juga mengembangkan kesenian Jawa, seperti wayang kulit dan gamelan.
Di bidang pertanian, beliau menerapkan sistem sawah tadah hujan yang meningkatkan produktivitas padi.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 di Karta (Plered) dan dimakamkan di Imogiri.
Beliau digantikan oleh putranya yang bernama Amangkurat I.
Sultan Agung dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia yang berani melawan penjajah dan memajukan kerajaannya.
Sultan Agung Hanyokrokusumo tidak hanya dikenang sebagai pahlawan nasional Indonesia, tetapi juga sebagai tokoh yang berpengaruh dalam sejarah dan kebudayaan Jawa.
Beliau meninggalkan banyak warisan yang masih dapat kita lihat dan rasakan hingga sekarang.
Salah satu warisan Sultan Agung adalah kalender Jawa yang beliau ciptakan pada tahun 1633.
Kalender Jawa merupakan perpaduan antara kalender Hijriyah dan kalender Saka.
Kalender Jawa memiliki siklus 8 tahun yang disebut windu.
Setiap windu terdiri dari 4 tahun abadi dan 4 tahun alip.
Setiap tahun memiliki nama yang berbeda, yaitu alip, ehe, jimawal, je, dal, be, wawu, dan jimakir.
Salah satu warisan Sultan Agung lainnya adalah masjid-masjid besar yang beliau bangun.
Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Jawa yang dibangun pada abad ke-15 oleh Wali Songo.
Sultan Agung memperluas dan memperindah masjid ini dengan menambahkan mihrab, mimbar, dan menara.
Baca Juga: Sosok Jenderal TNI Yang Dicintai Rakyat Dan Prajuritnya Itu Benar-benar Ada, M Jusuf Wujudnya
Masjid Gedhe Mataram merupakan masjid yang dibangun oleh Sultan Agung pada tahun 1640 di Karta (Plered).
Masjid ini memiliki arsitektur yang unik dengan atap limasan dan joglo.
Salah satu warisan Sultan Agung selanjutnya adalah kesenian Jawa yang beliau kembangkan.
Wayang kulit merupakan salah satu kesenian Jawa yang paling terkenal.
Wayang kulit adalah pertunjukan boneka kulit yang menceritakan kisah-kisah dari Ramayana dan Mahabharata.
Sultan Agung memperkaya wayang kulit dengan menambahkan tokoh-tokoh baru, seperti Semar dan Punakawan.
Gamelan merupakan salah satu kesenian Jawa yang paling indah.
Gamelan adalah alat musik tradisional yang terdiri dari berbagai instrumen seperti gong, kendang, saron, bonang, dan rebab.
Sultan Agung memperbaiki dan menyempurnakan gamelan dengan menambahkan nada-nada baru.
Salah satu warisan Sultan Agung terakhir adalah sistem pertanian Jawa yang beliau terapkan.
Sistem pertanian Jawa adalah sistem sawah tadah hujan yang menggunakan irigasi sederhana.
Sistem ini memanfaatkan musim hujan dan kemarau untuk menanam padi.
Kemudian mengatur pola tanam dan panen secara bersama-sama agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan padi.
Sistem ini meningkatkan produktivitas padi dan kesejahteraan petani.
Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah Indonesia yang patut kita banggakan dan teladani.
Beliau tidak hanya berhasil memerintah kerajaannya dengan baik, tetapi juga berhasil menciptakan dan melestarikan warisan budaya yang luar biasa.
*Artikel ini dibuat dengan bantuan Ai