Dari Anak Angkat Raja Hingga Babat Alas Angker, Inilah Sosok Panembahan Senopati Pendiri Kerajaan Mataram Islam

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Panembahan Senopati pendiri Kerajaan Mataram Islam.
Ilustrasi - Panembahan Senopati pendiri Kerajaan Mataram Islam.

Intisari-online.com - Jika bicara soal kerajaan Islam paling tersohor di Jawa.

Mungkin saja jawabannya adalah kerajaan Mataram Islam, di mana jejak peninggalannya masih tersisa hingga kini.

Namun, tahukah Anda siapa sosok pendiri kerajaan Mataram Islam?

Ia adalah Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada 1586.

Ia adalah putra dari Ki Ageng Pemanahan, salah satu orang kepercayaan Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, pendiri Kerajaan Pajang.

Kemudian diangkat anak oleh Sultan Hadiwijaya karena jasanya membantu mengalahkan Arya Penangsang dari Jipang.

Panembahan Senopati berasal dari Wangsa Mataram yang merupakan keturunan dari raja-raja Majapahit dan Kerajaan Mataram Kuno.

Ki Ageng Pemanahan, ayahnya, adalah cucu dari Ki Ageng Selo yang dipercaya sebagai keturunan langsung dari Brawijaya V, raja terakhir Majapahit.

Ki Ageng Selo juga memiliki hubungan darah dengan Sanjaya, raja pertama Mataram Kuno.

Panembahan Senopati mendapat gelar tersebut setelah ia mengangkat diri sebagai raja Mataram Islam di alas Mentaok (sekarang Kotagede, Yogyakarta).

Alas Mentaok awalnya adalah wilayah hutan angker di kawasan Kota Gede, Yogyakarta.

Baca Juga: Sekilas Tampak Damai, Ternyata Warga Daerah di Indonesia Ini Sering Kena Gusuran Sultan, Inilah Konsep Magersari di Yogyakarta yang Buat Seluruh Tanah di Yogya Jadi Milik Sultan atau 'Sultan Ground'

Sebelumnya, ia dan ayahnya mendapat hadiah tanah Mataram dari Sultan Hadiwijaya sebagai balas jasa karena telah membantu memadamkan pemberontakan Arya Penangsang.

Alas Mentaok kemudian dibangun menjadi desa yang makmur dan menjadi pusat pemerintahan Mataram Islam.

Selama memerintah, Panembahan Senopati berhasil melakukan ekspansi wilayah ke berbagai daerah di Jawa.

Ia menaklukkan Surabaya, Pasuruan, Tuban, Gresik, Lasem, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Jepara, Grobogan, Blora, Cirebon, Banten, dan Madura.

Panembahan Senopati juga dikenal sebagai sosok yang sakti mandraguna.

Ia memiliki ilmu kanuragan yang tinggi dan mampu berjalan di atas air.

Dia juga memiliki hubungan khusus dengan Nyi Roro Kidul, ratu pantai selatan yang diyakini sebagai pelindung kerajaan-kerajaan di Jawa.

Menurut beberapa sumber sejarah dan tradisi Jawa, Panembahan Senopati pernah bertemu dengan Nyi Roro Kidul di istana bawah lautnya.

Dalam pertemuan itu, Nyi Roro Kidul memberikan berkah dan dukungan kepada Panembahan Senopati untuk membangun kerajaan yang besar dan kuat.

Ia juga memberikan beberapa syarat dan larangan yang harus dipatuhi oleh Panembahan Senopati dan keturunannya.

Salah satu syaratnya adalah bahwa setiap raja Mataram harus mengenakan pakaian berwarna hijau saat berkunjung ke pantai selatan.

Baca Juga: Misteri Babad Alas Mentaok, Hutan Angker yang Dibuka Ki Ageng Pamanahan dan Putranya Cikal Bakal Kerajaan Mataram

Warna hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul dan merupakan tanda penghormatan kepada beliau.

Larangan yang diberikan oleh Nyi Roro Kidul adalah bahwa setiap raja Mataram tidak boleh menikahi wanita keturunan Cina atau Eropa.

Hal ini dikarenakan Nyi Roro Kidul tidak ingin ada campur tangan asing dalam urusan kerajaan.

Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601 dan dimakamkan di Pasarean Mataram di Kotagede.

Ia digantikan oleh putranya yang bernama Panembahan Hadi Hanyokrowati atau Panembahan Seda Krapyak.

Meskipun demikian, nama Panembahan Senopati tetap dihormati dan disegani sebagai pendiri Kerajaan Mataram Islam yang berjaya.