Sosok Jenderal TNI Yang Dicintai Rakyat Dan Prajuritnya Itu Benar-benar Ada, M Jusuf Wujudnya

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Sekarang viral oknum anggota TNI arogan, dulu ada jenderal TNI yang dikenal dicintai rakyat dan prajutirnya. Dialah Jenderal M. Jusuf.
Sekarang viral oknum anggota TNI arogan, dulu ada jenderal TNI yang dikenal dicintai rakyat dan prajutirnya. Dialah Jenderal M. Jusuf.

Sekarang viral oknum anggota TNI arogan, dulu ada jenderal TNI yang dikenal dicintai rakyat dan prajutirnya. Dialah Jenderal M. Jusuf.

Intisari-Online.com -Lagi-lagi, seorang oknum anggota TNI tertangkap melakukan perbuatan arogan.

Dalam video viral baru-baru, seorang anggota TNI menendang ibu-ibu pengendara motor hingga terjatuh.

Di luar itu, ada lho anggota TNI yang dicintai masyarakat dan prajuritnya.

Dialah Jenderal M. Jusuf.

Siapa sebenarnya sosok kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, itu?

Jenderal TNI (Purn.) Andi Muhammad Jusuf Amir atau lebih dikenal dengan nama M. Jusuf merupakan salah satu tokoh militer Indonesia yang sangat berpengaruh dalam sejarah kemiliteran Indonesia.

Jika dilihat dari namanya, Jenderal Jusuf masih keturunan bangsawan Bugis.

Tapi pada 1957, dia melepas gelar kebangsawanannya itu dan tak pernah menggunakannya lagi.

Sepanjang hidupnya, Jenderal M Jusuf pernah menjabat sebagaiPanglima ABRI merangkap Menteri Pertahanan dan Keamanan pada periode 1978–1983.

Dia juga pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada periode 1964–1974 dan juga Ketua Badan Pemeriksa Keuangan periode 1983–19931.

Jusuf lahir di Kajuara, Bone, Sulawesi Selatan pada 23 Juni 19281.

Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan awal Jusuf selain fakta ia adalah seorang Bugis bangsawan seperti yang disaksikan oleh nama tituler Andi pada namanya.

Dia menempuh pendidikan dasar di Makassar dan melanjutkan ke sekolah menengah di Surabaya.

Pada 1945, dia bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Dia mengikuti berbagai pendidikan militer seperti Sekolah Perwira Cadangan (1946), Sekolah Perwira Infanteri (1947), dan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (1955).

Jusuf memiliki karier militer yang cemerlang.

Dia pernah bertugas di berbagai wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Di medan pertempuran, Jusuf pernah terjundalam operasi-operasi militer seperti Operasi Seroja (penumpasan pemberontakan DI/TII), Operasi Trikora (pembebasan Irian Barat), dan Operasi Dwikora (konfrontasi dengan Malaysia).

Pada tahun 1964, Jusuf diangkat menjadi Menteri Perindustrian Ringan oleh Presiden Soekarno. Jabatan ini ia emban hingga tahun 1968. Selanjutnya ia menjadi Menteri Perdagangan hingga tahun 1968 dan kemudian menjadi Menteri Perindustrian hingga tahun 19781.

Pada 1978, Jusuf dilantik menjadi Panglima ABRI sekaligus Menteri Pertahanan dan Keamanan oleh Presiden Soeharto.

Jabatan ini ia emban hingga tahun 1983.

Sebagai panglima, Jusuf dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyat dan prajurit.

Ia sering mendatangi barak-barak prajurit dan menanyakan kesejahteraan mereka. Ia juga tidak pernah bermain golf seperti pejabat lainnya.

Setelah pensiun dari jabatan panglima, Jusuf ditunjuk menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada tahun 1983.

Jabatan ini ia emban hingga tahun 1993. Sebagai ketua BPK, Jusuf dikenal sebagai sosok yang tegas dan tidak kompromi dalam mengawasi pengelolaan keuangan negara.

Selain itu, Jusuf juga aktif di bidang sosial dan keagamaan.

Ia menjadi Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) pada tahun 1984. Ia juga menjadi Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada tahun 1990.

Ia juga mendirikan Yayasan Kesejahteraan Anak Yatim dan Dhuafa (YKAYD) yang membantu anak-anak yatim dan miskin di Sulawesi Selatan.

Jusuf meninggal dunia pada 8 September 2004 di Makassar akibat penyakit jantung.

Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang dengan upacara militer yang dipimpin oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.

Markas Besar TNI memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di seluruh markas TNI sebagai bentuk penghormatan terakhir.

Artikel Terkait