Pada tahun 1899, sebelum berangkat ke Mekkah, Hasyim Asy’ari telah mendirikan Pesantren Tebuireng di Desa Tebuireng, Jombang.
Pesantren ini kemudian berkembang menjadi salah satu pesantren terbesar dan termodern di Jawa pada awal abad ke-20.
Pesantren ini menjadi pusat untuk mereformasi pengajaran Islam tradisional.
Pada 31 Januari 1926, bersama dengan beberapa ulama tradisional lainnya, Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi keagamaan yang bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan ajaran Islam Aswaja dari pengaruh gerakan-gerakan reformis dan radikal yang berasal dari Timur Tengah.
NU juga berperan dalam memberikan pendidikan, pelayanan sosial, dan bantuan hukum bagi masyarakat Muslim.
Perjuangan untuk Kemerdekaan Indonesia
Hasyim Asy’ari tidak hanya bergerak di bidang keagamaan, tetapi juga di bidang politik dan sosial. Ia adalah salah satu tokoh yang mendukung Sumpah Pemuda pada tahun 1928 dan menentang penjajahan Belanda.
Ia juga menulis risalah berjudul Al-Lubab fi Bayani al-Ahkam al-Syar’iyyah ‘ala Madzhab al-Imam al-Syafi’i yang berisi tentang hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Selama pendudukan Jepang, Hasyim Asy’ari sempat ditangkap karena menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah Jepang.
Namun, ia kemudian dibebaskan dan diangkat menjadi Kepala Urusan Agama.
Ia juga terlibat dalam pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Ia juga mendukung Piagam Jakarta yang mengandung sila Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.
Hasyim Asy’ari meninggal dunia pada 25 Juli 1947 akibat hipertensi, setelah mendengar kabar bahwa pasukan Belanda sedang menguasai Malang.
Ia dimakamkan di Pesantren Tebuireng. Ia dianugerahi gelar pahlawan nasional pada tahun 1972 oleh Presiden Soeharto.
Hubungan dengan Gus Dur
Hasyim Asy’ari adalah kakek dari Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, presiden keempat Indonesia. Gus Dur adalah putra dari Wahid Hasyim, salah satu anak Hasyim Asy’ari yang juga menjadi Menteri Agama dan salah satu perumus Piagam Jakarta.
Gus Dur mengaku banyak terinspirasi oleh pemikiran dan perjuangan kakeknya dalam bidang keagamaan, politik, dan sosial.
Gus Dur juga meneruskan kepemimpinan NU sebagai ketua umum pada tahun 1984-1999.
*Artikel ini dibuat dengan bantuan Ai
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR