Di sana, ia mempelajari berbagai ilmu seperti tafsir, hadis, fiqih, tasawuf, bahasa Arab, dan logika.
Pada usia 20 tahun, Hasyim Asy’ari menikah dengan Khadijah, putri Kiai Nawawi.
Setahun kemudian, mereka berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan belajar di sana. Sayangnya, istrinya meninggal dunia setelah tujuh bulan tinggal di Mekkah.
Anaknya yang bernama Abdullah juga meninggal dua bulan kemudian.
Meski mengalami duka yang mendalam, Hasyim Asy’ari tetap semangat dalam menuntut ilmu.
Ia berguru kepada beberapa ulama terkenal di Mekkah seperti Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syaikh Ahmad Zaini Dahlan al-Makki, Syaikh Muhammad Salih al-Samarqandi, Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi al-Syafi’i, dan Syaikh Thahir Jalaluddin al-Baghdadi.
Ia juga mengunjungi beberapa tempat ilmiah seperti Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Universitas Al-Azhar di Mesir, dan Universitas Zaitunah di Tunisia.
Setelah 12 tahun tinggal di tanah suci, Hasyim Asy’ari kembali ke tanah air pada tahun 1903.
Ia membawa pulang banyak kitab dan ijazah dari para ulama yang menjadi gurunya.
Selain itu beliau membawa misi untuk menyebarkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang moderat dan toleran.
Pendirian Pesantren Tebuireng dan Nahdlatul Ulama
Baca Juga: Jelang 1 Abad Peringatan PBNU, Ini Sejarah Berdirinya PBNU Pada Masa Penjajahan
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR