Trem masih memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi bagi masyarakat Indonesia. Banyak bangunan-bangunan peninggalan trem yang masih berdiri hingga kini, seperti stasiun-stasiun, depo-depo, rel-rel, dan gerbong-gerbong.
Beberapa dari bangunan-bangunan ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya atau museum yang dapat dikunjungi oleh masyarakat umum.
Contohnya adalah Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta yang memiliki koleksi gerbong-gerbong trem kuda dan listrik dari berbagai daerah di Indonesia.
Trem masih memiliki potensi untuk dikembangkan kembali sebagai moda transportasi massal yang ramah lingkungan dan efisien.
Beberapa kota di Indonesia telah merencanakan atau membangun kembali sistem trem sebagai bagian dari solusi permasalahan kemacetan dan polusi.
Contohnya adalah Kota Palembang yang telah mengoperasikan trem ringan (LRT) sejak tahun 2018 sebagai salah satu moda transportasi untuk Asian Games 2018.
LRT Palembang memiliki jalur sepanjang 23 km dan melayani sekitar 30 ribu penumpang per hari.
Contoh lainnya adalah Kota Surabaya yang sedang merencanakan pembangunan trem otonom (tanpa masinis) yang akan menghubungkan Surabaya dengan Bangkalan.
Trem otonom ini diharapkan dapat mengurangi kemacetan dan emisi gas rumah kaca di wilayah metropolitan Surabaya.
Demikian artikel untuk menjawab pertanyaan "Bagaimanakah kesinambungan trem sebagai moda transportasi pada masa dahulu hingga sekarang?" Semoga artikel ini dapat bermanfaat.
Baca Juga: Mengapa Trem Menjadi Simbol Penjajahan Bagi Kaum Pergerakan Kemerdekaan?
KOMENTAR