Saat sahur, mereka masih terus berdiskusi untuk menentukan lokasi pembacaan teks proklamasi.
Sukarni mengusulkan Lapangan Ikada agar rakyat banyak dapat menyaksikan momen bersejarah itu.
Namun, Soekarno menolak karena khawatir akan terjadi insiden dengan tentara Jepang yang masih menguasai lapangan tersebut.
Akhirnya, mereka sepakat untuk membacakan teks proklamasi di rumah Soekarno di Pegangsaan Timur Nomor 56.
Sayuti Melik ditugaskan untuk mengetik naskah proklamasi dengan mesin ketik yang ada di Konsulat Jerman dekat rumah Maeda.
Setelah sahur dan menyelesaikan tugasnya, mereka bubar dan pulang ke rumah masing-masing.
Mohammad Hatta mengatakan bahwa ia baru tidur setelah shalat subuh dan bangun sekitar pukul 08.30.
Ia mandi, bercukur, dan bersiap-siap untuk berangkat ke Pegangsaan Timur 56. Ia tiba di sana lima menit sebelum teks proklamasi dibacakan.
Ia mengatakan bahwa ia selalu tepat waktu dan tidak pernah membuat orang khawatir.
Pembacaan teks proklamasi berlangsung dengan khidmat dan meriah.
Rakyat bersorak-sorai dan menangis haru menyaksikan lahirnya negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Baca Juga: Peran Pedagang Islam dalam Menyebarkan Tradisi Sahur di Kerajaan Islam Nusantara
Bendera merah putih dinaikkan sebagai lambang kebangsaan dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan sebagai lagu kebangsaan.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR