Kisah lainnya adalah ketika keris kyai pleret digunakan oleh Sunan Amangkurat II untuk melawan pemberontakan Trunojoyo yang terjadi pada tahun 1674-1681.
Trunojoyo adalah seorang pangeran dari Madura yang memberontak terhadap Mataram karena merasa tidak puas dengan perlakuan Sunan Amangkurat I.
Ia berhasil merebut Surabaya dan menguasai sebagian besar Jawa Timur. Sunan Amangkurat II kemudian meminta bantuan VOC untuk menghadapi Trunojoyo.
Dalam pertempuran yang berlangsung di Giri, Sunan Amangkurat II menggunakan keris kyai pleret untuk menikam Trunojoyo hingga tewas.
Namun, akibatnya ia harus menyerahkan sebagian wilayah Mataram kepada VOC sebagai imbalan bantuannya.
Kisah selanjutnya adalah ketika keris kyai pleret digunakan oleh Pakubuwono II untuk melawan pemberontakan Cina yang terjadi pada tahun 1740-1743.
Pemberontakan ini dipicu oleh kebijakan VOC yang membatasi jumlah penduduk Cina di Batavia dan memaksa mereka untuk pindah ke luar kota.
Banyak penduduk Cina yang tidak mau pindah dan melakukan perlawanan. Pemberontakan ini kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pakubuwono II yang saat itu menjadi raja Mataram bersekutu dengan VOC untuk menghentikan pemberontakan ini.
Dalam pertempuran yang berlangsung di Kartasura, Pakubuwono II menggunakan keris kyai pleret untuk membunuh pemimpin pemberontakan Cina bernama Oei Tjeng Hien.
Namun, akibatnya ia harus menyerahkan sebagian wilayah Mataram kepada VOC sebagai imbalan bantuannya.
Dari kisah-kisah di atas, dapat dilihat bahwa keris kyai pleret memiliki peranan penting dalam sejarah Kerajaan Mataram Islam.
Keris ini menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa yang mengubah nasib bangsa ini.
Keris ini juga menjadi lambang dari keberanian dan kebanggaan raja-raja Mataram yang berjuang untuk mempertahankan kedaulatan dan kehormatan mereka.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR