Monumen Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Bukti Nelayan Lamongan Selamatkan Belanda, Kondisinya Memprihatinkan

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Monumen Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck di Brondong menjadi saksi bagaimana nelayan Lamongan menolong orang-orang Belanda.
Monumen Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck di Brondong menjadi saksi bagaimana nelayan Lamongan menolong orang-orang Belanda.

Monumen Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck di Brondong menjadi saksi bagaimana nelayan Lamongan menolong orang-orang Belanda.

Intisari-Online.com -Tak banyak orang tahu, nelayan-nelayan di pantai utara Lamongan ternyata punya jasa kepada Belanda.

Karena merekalah yang menyelamatkan empat ratusan penumpang kapal Van Der Wijk yang tenggelam di perairan Lamongan, Jawa Timur.

Kejadian tenggelamnya kapal Van Der Wijck terjadi pada 20 Oktober 1936.

Untuk mengenang peristiwa itu, pemerintah Kolonial Hindia Belanda membuat sebuah monumen: Monumen Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

Monumen ini dibangun untuk mengenang peristiwa tenggelamnya kapal Belanda van der Wijck pada 20 Oktober 1936 di perairan Brondong, Lamongan.

Kapal van der Wijck adalah kapal mewah yang dibuat di galangan kapal Feijenoord, Rotterdam, Belanda pada tahun 1921.

Kapal ini merupakan kapal milik perusahaan Koninklijke Paketvaart Maatschappij, Amsterdam.

Kapal ini menempuh perjalanan dari Surabaya ke Semarang. Di sekitar pantai Brondong, kapal ini tenggelam akibat kebocoran dan kebakaran.

Dari 442 orang yang berada di kapal, sekitar 400 orang berhasil diselamatkan oleh nelayan setempat.

Pemerintah Hindia Belanda mendirikan monumen di halaman Kantor Pelabuhan Brondong untuk mengenang peristiwa tersebut dan menghormati jasa nelayan.

Monumen ini berbentuk tugu bersusun tiga lantai dengan tinggi sekitar 10 meter.

Di lantai dua terdapat balkon yang menghadap ke arah laut.

Di kedua sisi bangunan terdapat plakat dengan bahasa Belanda dan Indonesia ejaan lama yang berisi ucapan terima kasih dan penghormatan kepada para penolong.

Monumen ini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Lamongan yang menarik untuk dikunjungi.

Anda dapat melihat pemandangan laut dari balkon monumen, menyaksikan aktivitas nelayan dan pelelangan ikan di pelabuhan, serta belajar tentang sejarah dan kisah tragis dan romantis di balik monumen ini.

Anda juga dapat menikmati kuliner khas Lamongan seperti soto ayam, tahu campur, dan pecel lele di sekitar lokasi.

Untuk menuju ke monumen ini, Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum dari Kota Lamongan.

Jaraknya sekitar 30 km atau sekitar satu jam perjalanan.

Pada 20 Oktober 1936, kapal Belanda van der wijck yang menempuh perjalanan dari Surabaya ke Semarang mengalami kebocoran dan kebakaran di sekitar pantai Brondong, Lamongan.

Kapal ini merupakan kapal mewah yang dibuat di galangan kapal Feijenoord, Rotterdam, Belanda pada tahun 1921.

Kapal ini milik perusahaan Koninklijke Paketvaart Maatschappij, Amsterdam.

Di kapal ini terdapat 442 orang yang terdiri dari awak kapal dan penumpang.

Kebocoran dan kebakaran tersebut menyebabkan kapal tidak dapat dikendalikan dan akhirnya tenggelam di perairan Brondong.

Sebagian besar orang yang berada di kapal berhasil diselamatkan oleh nelayan setempat yang menggunakan perahu-perahu kecil.

Namun, beberapa orang juga meninggal akibat tenggelam atau terbakar.

Bisa dibilang, kondisi Monumen Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang ada di TPI Brondong tidak begitu bagus.

Di sekitarnya banyak ditumbuhi rumput liar dan terkesan tidak terawat.

Di sekeliling monumen itu juga tidak ada tanda-tanda bahwa bangunan setinggi kurang lebih 10 meter itu adalah bangunan bersejarah.

Artikel Terkait