Misteri Monumen Raksasa Seberat 1.000 Ton yang Dipersembahkan untuk Burung 'Pencipta' Kehidupan Sekaligus 'Pengundang Kiamat,' Kenapa Dibiarkan Terbengkalai?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Unfinished Obelisk
Unfinished Obelisk

Intisari-Online.com- Terkenal sebagaiUnfinished Obelisk, obelisk atau monumen batu Mesir terbesar yang diketahui saat ini dapat ditemukan di tempat yang sama di mana ia pernah diukir dari batuan dasar granit padat.

Obelisk merupakan struktur pilar dengan ujung atas berbentuk seperti piramida.

Obelisk adalah nama yang diberikan oleh orang-orang Yunani dan berasal dari kata ‘obeliskos’ (pilar runcing), yang akhirnya diadopsi dalam bahasa Latin dan bahasa Inggris.

Obelisk Mesir kuno mewakili benben, gundukan primordial tempat dewa Atum berdiri saat menciptakan dunia.

Dengan demikian, obelisk dikaitkan dengan burung benu, versi Mesir kuno dari burung phoenix Yunani.

Menurut beberapa mitos Mesir, burung benu adalah makhluk hidup pertama yang teriakannya membangunkan ciptaan dan menggerakkan kehidupan.

Burung itu dikaitkan dengan bintang pagi dan pembaruan setiap hari, tetapi juga merupakan tanda akhir dunia.

Artinya, bunyi burung benu menandai dimulainya siklus penciptaan dan akan berbunyi lagi untuk menandakan selesainya siklus (kiamat).

Orang-orang yang mengukir balok batu itu merencanakan pembuatannya akan mencapai 37 meter.

Obelisk Mesir terbesar yang diketahui dibuat pada masa pemerintahan Firaun Hatshepsut
Obelisk Mesir terbesar yang diketahui dibuat pada masa pemerintahan Firaun Hatshepsut

Para ahli memperkirakan bahwa granit sebesar ini beratnya mencapai 1000 ton, sedangkan beberapa ahli geologi menyarankan berat balok itu kira-kira 1200 ton.

Menurut para ahli, hampir semua ukiran dibuat dengan benar.

Namun di akhir prosesnya, muncul retakan besar yang merusak hingga membuatnya tidak berguna.

Oleh karena itu dinamakanUnfinished Obelisk.

MelansirThe Vintage News, batu itu mungkin diukir pada masa pemerintahan Ratu Hatshepsut, awal Dinasti Keempat (2575 -2465 SM).

Para ahli ada yang mempertanyakan Obelisk itu memang belum selesai dibuat atau ditinggalkan begitu saja karena alasan tertentu – terutama kepercayaan takhayul.

Jika mempertimbangkan jumlah tenaga kerja yang membuatnya, lsepertinya tidak mungkin mahakarya ini ditinggalkan hanya karena kerusakan kecil.

Chris Dun menulis sebuah buku berjudul Advanced Technology in Ancient Egypt, menyarankan sebuah pemikiran bahwa retakan di obelisk mungkin muncul setelah obelisk sudah lama ditinggalkan.

Alasan alternatiflain yang dikemukakan Dunn yakni berkaitan dengan kepercayaan takhayul.

Dia menjelaskan bahwa kemungkinan lainnya yakni bahwa batu itu dianggap memiliki aura supernatural.

Kekuatan itu disinyalir menjadi penyebab batu tersebut tidak akan dipotong-potong dan tidak jadi diletakkan di istana.

Penciptaan Obelisk ini dianggap sebagai salah satu tindakan paling menakjubkan.

Pada tahap pertama pengukiran, para pekerja tambang dengan cermat mencari potongan lempengan yang cukup besar tanpa retakan.

Para pekerja kemudian menggali lubang-lubang kecil menggunakan alat-alat tembaga, dan potongan kayu basah kemudian dimasukkan ke dalam lubang; irisan ini akan meluas dari waktu ke waktu.

Hal itu secara signifikan kemudian mengurangi jarak antara lubang dengan memotong granit yang membentuk tepi blok.

Metode ini juga telah diamati dalam pembangunan berbagai struktur kuno di tambang tua di Prancis, Malta, dan Inggris.

Baca Juga: Kegilaan Raja Shaka Zulu: Tiap Kali Gundik-gundiknya Hamil, 'Napoleon Afrika' Ini Tak Ragu Lakukan Hal Mirip Firaun di Zaman Musa

(*)

Artikel Terkait