Intisari-online.com - Dinasti Ming adalah salah satu dinasti paling berjaya dalam sejarah Tiongkok.
Selama 276 tahun, dari tahun 1368 hingga 1644 Masehi, dinasti ini mencapai kemajuan dalam bidang politik, ekonomi, militer, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Namun di balik kegemilangan itu, terdapat sisi gelap yang mengerikan, yaitu kekejaman para kaisar Ming terhadap para selir mereka.
Para selir adalah perempuan-perempuan yang dipilih untuk melayani kaisar secara seksual dan melahirkan keturunan bagi kerajaan.
Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari putri bangsawan hingga gadis desa yang diculik.
Mereka harus tinggal di dalam istana yang disebut Kota Terlarang dan tidak boleh keluar tanpa izin kaisar.
Mereka juga harus tunduk pada aturan-aturan ketat yang mengatur perilaku dan penampilan mereka.
Salah satu kaisar Ming yang paling kejam adalah Yongle, yang memerintah dari tahun 1402 hingga 1424 Masehi.
Ia dikenal sebagai pembangun Kota Terlarang di Beijing dan pengirim armada laut besar-besaran untuk menjalin hubungan dagang dengan negara-negara lain.
Ia juga dikenal sebagai seorang diktator yang tidak segan-segan membunuh siapa saja yang menentang atau mempermalukannya.
Pada tahun 1421, Yongle mengalami aib besar ketika salah satu selir favoritnya bunuh diri karena tidak tahan dengan perlakuannya.
Baca Juga: Kisah Selir Yang Yuhuan, Wanita Cantik yang Menyebabkan Pemberontakan An Lushan
Selir itu bernama Guo Nüwang, dan ia diduga berselingkuh dengan seorang kasim istana karena Yongle mengalami impotensi.
Yongle merasa sangat marah dan malu karena skandal ini tersebar di kalangan istana.
Untuk menutupi aibnya, Yongle memerintahkan agar Guo Nüwang diracuni dan mengumumkan bahwa ia meninggal karena sakit.
Ia juga memerintahkan agar semua orang yang terlibat atau mengetahui skandal itu dibungkam dengan cara apapun.
Ia bahkan tidak puas sampai di situ. Ia mengumpulkan 2.800 wanita dari haremnya dan mengeksekusi mereka semua dengan cara diiris-iris.
Salah satu yang selamat dari pembantaian itu adalah Lady Cui, seorang selir yang berasal dari keluarga terpandang.
Ia memiliki kecantikan dan kecerdasan yang luar biasa, dan menjadi salah satu favorit Yongle.
Namun, pada saat kejadian, ia sedang berada di luar istana untuk mengunjungi keluarganya.
Ia tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam istana sampai ia kembali.
Ketika ia kembali, ia mendapati bahwa semua teman-temannya telah dibunuh dengan cara yang mengerikan. Ia juga mendengar bahwa Yongle telah meninggal karena sakit.
Ia merasa sangat sedih dan takut akan nasibnya. Ia mencoba melarikan diri, tetapi ditangkap oleh para kasim yang menjaga istana.
Baca Juga: Selir Zhen Bongkar Rahasia Kamar Tidur Kaisar, Ini yang Dia Lakukan Setiap Malam
Para kasim mengatakan bahwa ia dan 15 selir lainnya yang tersisa harus mati bersama Yongle, sesuai dengan tradisi kuno.
Mereka membawa mereka ke aula utama Kota Terlarang, tempat jenazah Yongle disemayamkan.
Di sana, mereka digantung dengan tali sutra putih di depan mayat Yongle sebagai penghormatan terakhir.
Lady Cui adalah salah satu yang terakhir digantung. Sebelum ia mati, ia menulis sebuah puisi dengan darahnya di dinding aula. Puisinya berbunyi:
Aku datang ke istana sebagai bunga,Aku pergi sebagai hantu.Aku tidak menyesal cinta yang kubagi dengan kaisar,Aku hanya menyesal nasib yang tak adil bagi kami.
Puisi itu menjadi saksi bisu dari tragedi yang menimpa Lady Cui dan ribuan selir lainnya.
Kisah mereka menjadi salah satu kisah paling menyedihkan dan menggugah dalam sejarah Tiongkok.