Intisari-Online.com - Selir Zhen adalah salah satu wanita simpanan Kaisar Guangxu, Kaisar kedua dari belakang dari dinasti Qing. Dia lahir pada tahun 1876 dan memasuki Kota Terlarang ketika berusia 13 tahun bersama kakak perempuannya, Selir Jin.
Meskipun Zhen adalah favorit Kaisar dari dua bersaudara, nasibnya sangat tragis. Dia dilempar ke dalam sumur sempit oleh para pemberontak dan tidak dikuburkan layak hingga bertahun-tahun kemudian.
Selir Zhen dikenal sebagai wanita yang berbudi luhur, patuh dan mendengarkan Kaisarnya. Dia juga sangat mencintai Kaisar Guangxu dan selalu mendukungnya dalam menghadapi tantangan politik dan militer.
Dia sering menghabiskan waktu di kamar tidur Kaisar dan melakukan berbagai hal untuk menyenangkan hatinya. Berikut adalah beberapa rahasia kamar tidur Kaisar yang dibongkar oleh Selir Zhen:
- Selir Zhen suka membacakan puisi-puisi romantis untuk Kaisar Guangxu sebelum tidur. Dia juga pandai menulis puisi sendiri dan kadang-kadang memberikannya sebagai hadiah untuk Kaisar.
- Selir Zhen sering memijat kepala dan bahu Kaisar Guangxu untuk meredakan stresnya. Dia juga menyiapkan minuman hangat dan obat-obatan untuk kesehatan Kaisar.
- Selir Zhen senang bermain musik untuk Kaisar Guangxu. Dia bisa memainkan alat musik tradisional seperti guzheng, pipa dan erhu. Dia juga bisa menyanyi dengan suara merdu dan lembut.
- Selir Zhen sering mengenakan pakaian yang indah dan menarik untuk Kaisar Guangxu. Dia suka mengenakan warna-warna cerah seperti merah, kuning dan biru. Dia juga suka menghias rambutnya dengan bunga-bunga segar dan perhiasan berkilau.
- Selir Zhen sangat setia dan taat kepada Kaisar Guangxu. Dia tidak pernah berselingkuh atau berkhianat kepadanya. Dia juga tidak pernah iri atau bersaing dengan selir-selir lainnya. Dia hanya ingin membuat Kaisar bahagia dan puas.
Sayangnya, kebahagiaan Selir Zhen dan Kaisar Guangxu tidak berlangsung lama. Pada tahun 1898, Kaisar Guangxu mencoba melakukan reformasi politik yang dikenal sebagai Reformasi Seratus Hari.
Namun, usahanya digagalkan oleh Ibu Suri Cixi, bibinya yang sangat berkuasa. Ibu Suri Cixi menahan Kaisar Guangxu di sebuah pulau di dalam Kota Terlarang dan melarang siapa pun untuk mengunjunginya, termasuk Selir Zhen.
Selama 10 tahun, Selir Zhen tidak bisa bertemu dengan Kaisar Guangxu. Dia hanya bisa menunggu dan berharap suatu hari bisa bersamanya lagi.
Namun, harapannya pupus pada tahun 1908, ketika terjadi kudeta militer yang dipimpin oleh Yuan Shikai, seorang jenderal yang bersekutu dengan Ibu Suri Cixi. Para pemberontak menyerbu Kota Terlarang dan membunuh banyak pejabat istana, termasuk Selir Zhen.
Menurut saksi mata, Selir Zhen sedang bersembunyi di sebuah paviliun ketika para pemberontak menemukannya. Mereka menyeretnya keluar dan melemparnya ke dalam sumur sempit yang ada di dekatnya.
Sumur itu hanya berdiameter sekitar satu meter dan sangat dalam. Selir Zhen tidak bisa keluar dari sumur itu dan mati dengan tragis. Para pemberontak tidak menguburkan jenazahnya dengan layak, melainkan membiarkannya membusuk di dalam sumur.
Selir Zhen tidak mendapatkan penghormatan yang pantas hingga bertahun-tahun kemudian. Pada tahun 1913, setelah dinasti Qing runtuh, seorang pejabat istana bernama Li Lianying berhasil menemukan sumur tempat Selir Zhen terbunuh. Dia mengeluarkan jenazahnya dari sumur dan menguburkannya di sebuah makam sederhana di luar Kota Terlarang.
Pada tahun 1928, makam Selir Zhen dipindahkan ke sebuah taman di Beijing yang dikenal sebagai Taman Selir Zhen.
Di sana, terdapat sebuah patung perunggu yang menggambarkan wajah cantik Selir Zhen. Di dekat patung itu, terdapat sebuah prasasti yang bertuliskan: "Selir Zhen, wanita simpanan Kaisar Guangxu, paling disayang tapi tragis dilempar ke sumur".
Selir Zhen adalah salah satu contoh dari nasib buruk yang dialami oleh banyak selir di sejarah Tiongkok. Meskipun mereka hidup di dalam kemewahan dan kejayaan istana, mereka juga harus menghadapi persaingan, intrik, bahaya dan kesedihan.
Mereka tidak memiliki kebebasan atau hak untuk memilih hidup mereka sendiri. Mereka hanya bisa bergantung pada belas kasihan Kaisar dan nasib.