Ketika itu pemerintah menggandeng astronom untuk memberikan pandangan dari sisi ilmu pengetahuan.
Kemenag mulai mengundang sejumlah duta besar negara sahabat untuk mengikuti sidang isbat mulai 2013.
Dua organisasi massa Islam besar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, kerap berbeda dalam menentukan awal Ramadhan.
Perbedaan itu disebabkan oleh metode yang dianut masing-masing lembaga.
Untuk NU, penentuan awal Ramadhan mengacu kepada rukyatul hilal.
Caranya adalah dengan pengamatan langsung hilal atau bulan baru.
Sedangkan Muhammadiyah memilih metode wujudul hilal dengan cara hisab.
Hisab dalam hal ini adalah menghitung posisi Bumi terhadap Matahari dan Bulan secara matematika dan astronomi.
Sifat utama sidang isbat adalah musyawarah.
Sebab hasil dalam sidang itu merupakan kesepakatan antara masing-masing ormas Islam yang diwakili oleh utusan masing-masing.
Maka dari itu, baik NU dan Muhammadiyah pun tidak pernah memaksakan supaya masyarakat mengikuti mereka dalam hal penetapan awal Ramadhan dan 1 Syawal atau Idul Fitri.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR