Jejak Sejarah Puasa Ramadan di Nusantara: Dari Kerajaan Islam hingga Kemerdekaan

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Begini sejarah puasa Ramadan di Indonesia, juga tradisi-tradisi setempat dalam menyambut bulan suci.
Begini sejarah puasa Ramadan di Indonesia, juga tradisi-tradisi setempat dalam menyambut bulan suci.

Begini sejarah puasa Ramadan di Indonesia, juga tradisi-tradisi setempat dalam menyambut bulan suci.

Intisari-Online.com -Puasa Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mampu.

Puasa Ramadan memiliki banyak keutamaan dan hikmah bagi umat Islam, seperti meningkatkan ketaqwaan, kesabaran, kesehatan, dan solidaritas sosial.

Namun tahukah Anda bagaimana sejarah puasa Ramadan di Nusantara?

Bagaimana perkembangan dan perubahan yang terjadi sejak masa kerajaan Islam hingga masa kemerdekaan Indonesia?

Menurut sejarawan Manna’ Al-Qaththan, puasa Ramadan diwajibkan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya pada bulan Sya’ban tahun ke-2 hijriah dengan cara dan model yang dilakukan umat Islam hingga kini.

Sebelumnya, umat Islam biasa berpuasa pada 10 Muharram atau Hari Asyura.

Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, dia mendapati orang-orang Yahudi juga berpuasa pada hari tersebut sebagai tanda syukur atas penyelamatan Nabi Musa AS dari Firaun.

Lalu Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat Islam untuk berpuasa pada hari itu juga dengan mengatakan:

"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian."

Puasa Ramadan mulai masuk ke Nusantara bersama dengan penyebaran agama Islam oleh para ulama, pedagang, dan ulama dari Timur Tengah dan India.

Salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara adalah Kerajaan Samudera Pasai.

Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-Saleh pada abad ke-13 Masehi.

Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan dakwah di wilayah Sumatera Utara saat itu.

Puasa Ramadan menjadi salah satu ibadah yang dilakukan oleh raja dan rakyat Samudera Pasai sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT.

Kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Nusantara juga menjalankan puasa Ramadan dengan penuh semangat dan khidmat.

Misalnya Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah pada abad ke-15 Masehi.

Kerajaan ini, bagaimanapun juga, punya keterkaitan dengan Kesultanan Mataram Islam yang kemudian melahirkan Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta.

Puasa Ramadan di Demak tidak hanya sebagai ibadah individual tetapi juga sebagai sarana mempererat hubungan antara raja dan rakyat serta antar sesama muslim.

Hal ini terlihat dari tradisi ngabuburit atau menunggu waktu berbuka puasa bersama-sama di alun-alun atau lapangan terbuka.

Puasa Ramadan juga menjadi momentum perjuangan bagi umat Islam di Nusantara untuk melawan penjajahan kolonial Belanda maupun Jepang.

Salah satu contohnya adalah peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.

Pada hari itu, ribuan pejuang kemerdekaan Indonesia yang mayoritas berpuasa Ramadan bertempur melawan tentara Inggris dan Belanda yang ingin menguasai kota Surabaya.

Meskipun mengalami banyak korban jiwa, pertempuran ini berhasil menunjukkan semangat juang dan patriotisme bangsa Indonesia kepada dunia.

Puasa Ramadan di era kemerdekaan Indonesia tetap dilestarikan sebagai bagian dari identitas bangsa yang mayoritas beragama Islam.

Puasa Ramadan tidak hanya menjadi ritual tahunan tetapi juga menjadi ajang silaturahmi antarkeluarga, sahabat, tetangga, maupun rekan kerja.

Puasa Ramadan juga menjadi kesempatan untuk meningkatkan amal ibadah seperti salat tarawih, membaca Al-Quran, bersedekah, dan berzakat fitrah.

Puasa Ramadan di Indonesia juga memiliki berbagai tradisi unik dan khas yang mencerminkan keberagaman budaya dan adat istiadat di setiap daerah.

Berikut adalah beberapa contoh tradisi Ramadan di Indonesia yang menarik untuk diketahui:

Tradisi Megengan di Surabaya

Ini adalah upacara selamatan kecil-kecilan yang dilakukan untuk menandai datangnya bulan puasa.

Biasanya digelar di masjid, musala, atau tempat berkumpul lain.

Menu yang disuguhkan beragam, namun yang harus ada adalah kue apem.

Menurut kepercayaan, kue apem merupakan simbol dari penyucian diri sebelum memasuki Ramadan.

Tradisi Nyadran di Jawa Tengah

Ini adalah tradisi melakukan ziarah kubur, bersih desa atau makam, selamatan, makan bersama, sampai dengan sedekah bumi jelang Ramadan.

Tujuannya adalah untuk menghormati leluhur dan memohon berkah dari Allah SWT.

Tradisi Dugderan di Semarang

Ini adalah pesta rakyat yang meleburkan semua kalangan untuk menyambut Ramadan dengan meriah.

Ada banyak keseruan yang bisa dinikmati masyarakat, seperti pasar malam, mainan Warak Ngendok (seekor naga berkepala singa), berbagai jenis kuliner, dan lain-lain.

Tradisi Padusan di Boyolali

Ini adalah tradisi mandi bersama di sungai atau sumber air pada malam terakhir sebelum puasa dimulai.

Maknanya adalah untuk membersihkan diri secara fisik dan spiritual agar siap menjalani ibadah puasa.

Tradisi Munggahan di Jawa Barat

Ini adalah tradisi berkumpul bersama keluarga besar atau sahabat untuk makan bersama sebelum puasa dimulai.

Biasanya disertai dengan saling memaafkan dan berdoa bersama.

Tradisi Nyorog di Betawi

Ini adalah tradisi mengunjungi rumah-rumah tetangga atau kerabat untuk memberikan makanan sebagai tanda persaudaraan dan silaturahmi sebelum puasa dimulai.

Tradisi Megibung di Karangasem, Bali

Ini adalah tradisi makan bersama dalam satu piring besar oleh masyarakat Muslim Bali sebagai bentuk kebersamaan dan keharmonisan dalam menyambut Ramadan.

Tradisi Meugang di Aceh

Ini adalah tradisi menyembelih hewan seperti sapi atau kambing sebagai persiapan menu sahur dan berbuka puasa selama Ramadan.

Begitulah bagaimana gambaran masyarakat Indonesia yang begitu bervariasi dalam menyambut bulan suci Ramadan.

Tapi tetap tujuan mereka sama: mendapat rida Allah SWT.

Artikel Terkait