Intisari-online.com - Tambang Batubara Ombilin adalah sebuah situs bersejarah yang terletak di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat.
Situs ini merupakan bekas tambang batubara bawah tanah yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada akhir abad ke-19 dan beroperasi hingga awal abad ke-21.
Tambang ini dikenal sebagai tambang batubara tertua di Asia Tenggara dan satu-satunya di Indonesia.
Pada tahun 2019, Tambang Batubara Ombilin ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO, sebagai pengakuan atas nilai sejarah, budaya, dan teknologi yang dimilikinya.
Situs ini menjadi saksi bisu perkembangan industri pertambangan di Indonesia dan peran pentingnya dalam perekonomian nasional maupun global.
Penemuan batubara di daerah Ombilin dilakukan oleh seorang insinyur geologi Belanda bernama Willem Hendrik de Greeve pada tahun 1868.
Ia menemukan adanya lapisan batubara di lembah sempit di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan.
Namun, baru pada tahun 1871 ia membuat laporan resmi ke pemerintah kolonial di Batavia mengenai potensi sumber daya alam tersebut.
Pada saat itu, batubara menjadi komoditas yang sangat dibutuhkan untuk mendukung Revolusi Industri di Eropa.
Mesin uap yang digunakan untuk berbagai keperluan membutuhkan bahan bakar batubara.
Oleh karena itu, pemerintah kolonial tertarik untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi batubara di Ombilin.
Baca Juga: Ditemukan Belanda 1846, Inilah Tambang Batu Bara Pertama di Indonesia
Untuk melaksanakan proyek pertambangan ini, pemerintah kolonial membangun infrastruktur pendukung berupa rel kereta api dari Sawahlunto ke Pelabuhan Teluk Bayur di Padang, jalan raya, jembatan, terowongan, saluran air, pembangkit listrik tenaga air, rumah sakit, sekolah, gereja, masjid, pasar, kantor pos, penjara, dan perumahan pekerja.
Pembangunan infrastruktur ini membutuhkan waktu sekitar 12 tahun (1883-1894) dan melibatkan ribuan pekerja dari berbagai etnis dan daerah.
Sebagian besar pekerja adalah orang Minangkabau asli atau pendatang dari daerah lain seperti Jawa dan Cina.
Mereka bekerja dengan upah rendah dan kondisi kerja yang berat.
Tambang Batubara Ombilin mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1894 dengan produksi awal sekitar 100 ton per hari.
Produksi ini terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada tahun 1930 dengan produksi sekitar 620 ribu ton per tahun.
Batubara dari tambang ini dikirim ke pelabuhan Teluk Bayur melalui kereta api sepanjang 168 km.
Batubara dari tambang ini memiliki kualitas tinggi dengan kadar karbon lebih dari 80 persen dan kadar abu kurang dari 10 persen.
Batubara ini diekspor ke berbagai negara seperti Belanda.
Tambang Batubara Ombilin mengalami masa kejayaan hingga tahun 1930-an.
Namun, sejak tahun 1942, tambang ini dikuasai oleh Jepang selama Perang Dunia II.
Baca Juga: Kisah Nyata di Balik Film The 33, Sebuah Peristiwa yang Pernah Menggemparkan Dunia
Jepang memperkerjakan banyak pekerja paksa atau romusha untuk menambang batubara di sini.
Banyak dari mereka yang meninggal karena penyakit dan kelaparan.
Setelah Indonesia merdeka, tambang ini kembali dikelola oleh pemerintah Indonesia melalui perusahaan negara bernama PN Tambang Batubara Ombilin (PN TBO) pada tahun 1958.
Pada tahun 1981, PN TBO bergabung dengan PN Tambang Batubara Bukit Asam (PN TBA) yang kemudian berubah nama menjadi PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan persaingan pasar, tambang bawah tanah di Ombilin mulai ditinggalkan dan digantikan oleh tambang terbuka di daerah lain seperti Tanjung Enim dan Tarahan.
Pada tahun 1996, operasi tambang bawah tanah di Ombilin resmi dihentikan karena tidak lagi menguntungkan.
Meskipun tidak lagi beroperasi sebagai tambang batubara, situs Tambang Batu Bara Ombilin tetap memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi bagi Indonesia dan dunia.
Situs ini menjadi saksi bisu perkembangan industri pertambangan di Indonesia dan peran pentingnya dalam perekonomian nasional maupun global.
Untuk melestarikan dan mengembangkan situs ini sebagai warisan dunia, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya seperti pembentukan Badan Pengelola Kawasan Warisan Dunia Tambang Batu Bara Ombilin (BPKWDTBO), revitalisasi infrastruktur pendukung seperti rel kereta api dan stasiun-stasiunnya, pengembangan museum-museum yang menyimpan koleksi-koleksi sejarah pertambangan seperti Museum Goedkoop, Museum Mbah Suro, Museum Geologi Pertambangan Sawahlunto, serta pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
Situs Tambang Batu Bara Ombilin kini menjadi salah satu daya tarik wisata di Sumatra Barat yang menawarkan pengalaman unik bagi para pengunjung.
Para pengunjung dapat melihat langsung bagaimana kehidupan para penambang batubara di masa lalu dengan mengunjungi lubang-lubang tambang bawah tanah seperti Mbah Suro atau Simpang III.
Para pengunjung juga dapat menikmati pemandangan alam pegunungan Bukit Barisan yang indah dengan naik kereta api uap dari Sawahlunto ke Muaro Kalaban.
Situs Tambang Batu Bara Ombilin merupakan warisan dunia yang harus kita jaga dan lestarikan sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia.
Situs ini juga menjadi inspirasi bagi kita untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan dunia.