Intisari-Online.com -Richard Eliezer atau Bharada E yang sudah secara resmi dipidana atas kasus pembunuhan berencana Brigadir J batal ditempatkan di Lembaga Pemasyaratakan (Lapas) Salemba, Jakarta.
Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Susilaningtyas menyebut Bharada E pun kini tetap berada diRumah Tahanan (Rutan) Bareskrim Polri.
Kondisi Lapas Salemba yang tidak aman disebut Susi sebagai alasan dari pembatalan tersebut.
Salah satu faktor yang menjadi alasan Susi menyebut Lapas Salemba tidak aman adalah jumlah penghuninya yang jauh melebihi kapasitas seharusnya.
Dengan kondisi tersebut, menurut Susi, akan sulit untuk melakukan pengawasan terhadap Bharada E.
Apalagi, seperti diketahui banyak pihak, Bharada E memang berada dalam kondisi penuh ancaman usai dirinya membongkar skenario mantan Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo.
“Kami antisipasi saja. Kalau dengan jumlah orang lebih sedikit kan lebih mudah melakukan pengawasan dan pengamanan,” kata Susi.
Kondisi Lapas Salemba
Namun, benarkah Lapas Salemba tidak aman?
Aktivis Hak Asasai Manusia (HAM) Surya Anta Ginting pernah mengungkapkan muramnya kondisi Lapas Salemba
Pada 2020, melalui akun Twitter milinya, @suryaanta, dia mengungkapkan berbagai keborokan di sana mulai dari jual beli kamar hingga transaksi narkoba.
Dalam kesempatan lain, melalui sebuah diskusi daring, Surya menyebut praktik-praktik tersebut sudah berlangsung sejak lama.
“Jadi itu praktik yang sudah lama, yang menguntungkan kepala kamar atau juga frontmen,” tutur Surya, Selasa (18/8/2020), seperti dilansir darikompas.com, Selasa (28/2/2023).
Pungli tersebut, menurut Surya, dilakukan oleh pengurus blok atau warga binaan yang memang sudah lama mendekam di Lapas Salemba.
“Biayanya macam-macam, kalau langsung bisa sampe Rp30 juta-40 juta. Kalau misalnya satu hari di mapenaling (ruang masa pengenalan lingkungan) bisa belasan juta, dan itu tergantung ke blok mana, bisa ke Blok O, Blok J, Blok K, Blok L, itu harganya beda-beda,”ungkap Surya.
Hal lain yang diungkapkan oleh Surya adalah praktik jual beli narkoba jenis sabu dan ganja yang disebutnya terjadi di dalam lapas.
Hanya makan nasi
Selain hal-hal di atas, fasilitas di dalam Lapas Salemba pun disebut oleh Surya sangat mengerikan karena selain fasilitas kesehatan belum memadai, kualitas makanan dan minum juga sangat buruk.
Terkait kondisi makanan yang buruk di Lapas Salemba, pada 2022 silam akun Instagram @jabodetabek.info pernah mengunggah sebuah video yang menunjukkan wadah makan yang hanya berisi nasi, tanpa lauk dan sayur.
"Saya cukup tersiksa dengan kondisi cadong di sini, hampir setiap hari cadong yang saya dan teman-teman terima cuma nasi putih aja, paling cuma satu atau dua ompreng yang isinya lengkap, tapi selebihnya nasi gak ada lauk pauk dan sayur,"tulisakun @jadetabek.info, dikutip pada Selasa (20/9/2022).
Bahkan, masih dalam unggahan yang sama, narapidana yang ingin mendapatkan lauk saat makan, harus membayar Rp20.000 hingga Rp30.000
Baca Juga: Pengamat Intelijen Sebut 'Bahaya Mengintai Bharada E,' Jika Lanjutkan Keinginannya yang Satu Ini
Overcapacity yang tidak manusiawi
Kondisi kelebihan kapasitas yang terjadi di Lapas Salemba sendiri sempat membuat pengelolanya memutuskan untuk memindahkan 92 tahanan ke rutan lain.
Hal ini terjadi pada 2021, di mana saat itu Rutan Salemba yang seharusnya diisi oleh 1600 orang malah diisi oleh lebih dari 3000 narapidana.
"Untuk kapasitas rutan salemba 1600 orang, isi saat ini 3373 orang. Over kapasitas lebih dari 100 persen,"tuturKepala Rutan Kelas 1 A Salemba Yohanis Variantosaat dihubungi, Jumat (4/5/2021).
Sementara itu, secara lebih umum, pada akhir 2022,Direktur Pelayanan dan Pengelolaan Basan dan Baran Direktorat Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Heni Yuwono menyebut kondisi Lapas di Indonesia memang sudah tidak manusiawi.
"Sangat tidak manusiawi perlakuan untuk hak hidup di LP (lapas) kita, memang betul karena keterbatasan sarpras (sarana dan prasarana) kita," ujar Heni dalam acara diskusi di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (21/9/2022), seperti dilansir darikompas.com, Selasa (28/2/2023).
Data pada September 2022 menyebutkan bahwa jumlah narapidana yang mendekam di Lapas-lapas di Indonesia telah menembus angka 275 ribu.
Sementara, jumlah kapasitas Lapas di Indonesia yang ideal hanyalah 132 ribu saja.
"Akhirnya ada overcrowded sebesar 108 persen," papar Heni.
Wow, kondisi Lapas di Indonesia, khususnya Lapas Salemba memang mengerikan ya. Pantas Bharada E sampai batal ditempatkan di sana.
Baca Juga: Jatuhkan Vonis Mati pada Ferdy Sambo, Rumor tentang Hakim Wahyu Iman Santoso Pernah Beredar