Dia diberi gelar ‘Lady’ dan menamainya Huarui, yang berarti ‘benang sari bunga’.
Kaisar Mengchang sangat mencintai Lady Huarui dan mempromosikannya ke peringkat yang lebih tinggi.
Suatu malam di musim panas, Kaisar Mengchang membawa Lady Huarui ke tempat peristirahatan musim panasnya di Mokechi.
Dia begitu terpesona oleh kecantikan Lady Huarui sehingga menulis sebuah puisi yang menggambarkan fiturnya, yang kemudian populer selama berabad-abad, sehingga nama Lady Huarui menjadi identik dengan keindahan.
Suatu hari, Lady Huarui dan Kaisar Mengchang mengunjungi gerbang kota, dan kebetulan menjatuhkan kipas putihnya, yang diambil oleh orang biasa.
Tidak lama kemudian kipas putihnya menjadi mode di kota dan mengakibatkan orang membuat tiruan kipas putihnya.
Kecintaan Kaisar Mengchang pada sastra mendorong Lady Huarui untuk menulis puisinya sendiri.
Dia menghabiskan sisa hidupnya mencoba untuk menyempurnakan keahliannya, sehingga dia dikenal tidak hanya kecantikannya tetapi juga karena puisinya.
Pada tahun 965 M, Kaisar Taizu dari Song menyerang Dinasti Shu Akhir, dan Kaisar Mengchang dikalahkan.
Kaisar Taizu sendiri telah mendengar tentang kecantikan Lady Huarui dan ingin melihatnya.
Dia mengirim pejabat untuk mengawal Lady Huarui dan Kaisar Mengchang ke Kaifeng, ibukota Dinasti Song.
Dalam perjalanan ke Kaifeng, dia menulis puisi di dinding hotel.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR