Begitu mereka tiba di Kaifeng, Lady Huarui dijadikan selir Kaisar Taizu.
Kaisar Mengchang dieksekusi sepuluh hari setelah kedatangannya.
Lady Huarui berduka atas kematian suami pertamanya, Kaisar Mengchang.
Meskipun dia adalah selir Kaisar Taizu, Lady Huarui tidak pernah berhenti mencintai Kaisar Mengchang, namun dia harus menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.
Dia selalu menyimpan potret Kaisar Mengchang.
Ketika Kaisar Taizu bertanya tentang potret itu, dia berkata bahwa itu adalah dewa kesuburan Shu.
Dia juga mengatakan kepadanya, “Mereka yang berdoa kepada dewa ini akan memiliki lebih banyak anak.”
Kaisar Taizu tidak pernah tahu perasaannya yang sebenarnya dan selalu berasumsi bahwa dia selalu ingin melahirkan anak untuknya.
Lady Huarui terus menulis puisi, terutama tentang jatuhnya Dinasti Shu Akhir.
Salah satu puisi tersebut adalah ‘Menceritakan Runtuhnya Negara’.
Puisi itu sangat emosional selama beberapa generasi sehingga Huarui digolongkan sebagai penyair patriotik.
Lebih dari sepuluh tahun, Lady Huarui tetap menjadi selir Kaisar Taizu, tetapi tetap saja dia terus berduka dan mencintai Kaisar Mengchang.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR