Intisari-Online.com - Peristiwa G30S/PKI merupakan salah satu peristiwa kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.
Pada G30S/PKI atau Gerakan 30 September PKI,enam orang jenderal dan satu perwira pertama militer Indonesia diculik dan dibunuh oleh orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
Lalu jenazah ketujuh orang militer Indonesia itu dibuang ke dalam sebuah lubang sumur di area Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Kini, kita mengenal ketujuh jenderal itu sebagai Pahlawan Revolusi.
Konon katanya, para pemberontak PKI itu ingin menculik beberapa jenderal besar di Indonesia.
Salah satunya adalahJenderalA.H. Nasution, yang seorangJenderalTNI AD. Namun Jenderal Nasution berhasil selamatdari peristiwaG30S PKI.
Lalu bagaimana dengan Soeharto?
Diketahui pada saat G30S/PKI, Soeharto menjabat sebagaiPanglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) atau Pangkostrad berpangkat mayor jenderal.
Tapi Soeharto menjadi salahsatu jenderal TNIyang tidak diculik dan dibunuh oleh PKI seperti jenderal-jenderal lainnya.
Setelah kejadian G30S/PKI, Soeharto pun diwawancarai oleh seorang jurnalis asal Belanda bernama Willem Oltman pada akhir bulan Oktober 1966.
Dalam wawancara itu,Willem Oltman bertanya kepada Soeharto tentang peristiwa G30S/PKI.
"Bagaimana Anda bisa lolos dari pembantaian?, tanyaWillem Oltman seperti dikutip dari sebuah cuplikan wawancara.
"Saya kira memang merupakan rahmat daripada Tuhan," jawab Soeharto.
"Karena sebelum peristiwa itu terjadi, dua hari sebelumnya, anak saya kecelakaan dan terpaksa harus dirawat di rumah sakit."
"Karena anak saya kecil, saya dengan ibunya menunggu di rumah sakit."
"Malam hari sekitar jam 9, pada tanggal 30 sebelum peristiwa itu terjadi, salah seorang perwira yang terlibat dalam G30S itu, menegok saya di rumah sakit."
"Rupa-rupanya itu untuk mengecek, apakah saya benar di rumah sakit dan memang saya masih beraa di rumah sakit."
"Dan baru kemudian kira-kira jam 11, saya kembali ke rumah dan rupa-rupanya dia mengira kalau saya memang masih di rumah sakit."
Dilansir dari kompas.com, pada malam tanggal 30 September 1965, Soeharto memang sedang berada di rumah sakit.
Sebab salah satu anaknya, Tommy Soeharto terkena air panas dan harus di rawat di rumah sakit.