Penulis
Intisari-Online.com - Mendengar nama G30S/PKI, siapa sosok yang muncul dibenak Anda?
Mungkin sosok yang paling melekat dibenak kita jika membahasG30S/PKI adalah DN Aidit atauDipa Nusantara Aidit.
Ya,DN Aidit merupakan seorangpolitikus yang menjabat sebagai pemimpin terakhir Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ketika pemberontakan G30S/PKI terjadi, sosokDN Aidit pun langsung menjadi kontroversi.
Namun rupanya bukan hanyaDN Aidit yang menjadi sosok kontroversial di balikpartai komunis ini.
Ada lagi sosok lain yang merupakan pentolan PKI. Siapakah mereka?
Dilansir darisosok.grid.id pada Kamis (29/9/2022),DN Aidit memang dianggap sosok yang paling bertanggungjawab atas peristiwa berdarah G30S/PKI.
Namun pentolan PKI yang dimaksud adalahAlimin bin Prawirodirdjo danMuso Manowar atau Munawar Muso alias Musso.
Keduanya pernah terlibat dalam berbagai aksi PKI.
Misalnya saatada rencana pemberontakan di seluruh nusantara yang dilakukan olehkaum tani dan buruhkepada pendudukan Belanda.
Saat itu,para pemimpin PKI bertemu diPrambanan, Klaten, Jawa Tengahpada25 Desember 1925.
Rencananya mereka ingin melapor kewakil Komunis Internasional (Komintern) yang berada di Singapura.
Oleh karenanya,Alimin dan Musso pun dikirim ke Singapura.
Namun siapa yang menyangka rencana itu malah membuatAlimin dan Musso bertemu dengan Joseph Stalin,pemimpin besar Komunis di Moskow, Uni Soviet.
Tak hanya bertemu,Alimin dan Musso juga mendapat perintah dari Stalin.
Di mana Stalin meminta agar rencana pemberontakan itu dibatalkan dulu.
Sebagai gantinya, PKI diminta mengubah cara kerjanya denganmenyebarkan propaganda kepada Belanda.
Akan tetapi perintah Stalin itu tidak dilakukan oleh Musso. Dia malah melakukanpemberontakan kepada Belanda di Batavia dan Sumatera Barat.
Karena rencana pemberontakan itu kurang matang, pemberontakanitu berhasil ditumpas Belanda.
Bahkan Alimin dan Musso ditangkap oleh Belanda dan dimaksukkan ke dalam penjara.
Setelahnya, nasib keduanya tetap apes.
Musso sempat pergi ke Moskow pada tahun 1935 setelah keluar dari penjara. Namun dia diusir pada 1936.
Kembali ke Indonesia, Musso kembali melakukan pemberontakan. Kali ini bersama militan PKI di Madiun pada 18 September 1948.
Namun lagi-lagi pemberontakan itu berhasil ditumpas. Kali ini oleh divisi Siliwangi TNI.
Pada akhirnya, Musso tewas ditembak dan mayatnya dibakar secara diam-diam.