Intisari-Online.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim lagi-lagi menjadi sorotan.
Kali ini terkait tim bayangan Nadiem Makarim yang terdiri dari 400 orang.
Tidak heran, kini Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim menjadi sasaran kritik anggota DPR RI.
Kata anggota Komisi X DPR, Anita Jacoba Gah, tim bayangan Nadiem Makarim itu tidak bisa menyelesaikan masalah pendidikan Indonesia masih sangat banyak.
Diketahui Nadiem Makarim menjadi Mendikbud-Ristek dalam Kabinet Indonesia Maju.
Namun selama hampir 3 tahun mendapat, menteri berusia 38 tahun ini sudah menuai banyak kritik di sektor pendidikan Indonesia.
Berikut ini beberapa kebijakan kontroversial yang pernah menjerat Nadiem Makarim seperti dilansir dari kompas.com pada Kamis (29/9/2022).
1. Program Organisasi Penggerak (POP)
Kebijakan kontroversial pertama yang pernah menjerat Nadiem Makarim terkait Program Organisasi Penggerak (POP).
Ini semua karena POP menelan anggaran hingga Rp595 miliar.
Tapi proses seleks iorganisasi masyarakat (ormas) yang akan menerima bantuan POP dinilai tidak terbuka.
Kini, program POP Nadiem ini ditunda.
2. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dibubarkan
Kebijakan kontroversial kedua yang pernah menjerat Nadiem Makarim terkait Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Di mana Nadiem membubarkan BSNP. Lalu menggantinya dengan Dewan Pakar Standar Nasional Pendidikan.
Menurut Nadiem, peran BSNP tidak begitu penting dalam merumuskan standar nasional pendidikan.
3. Aturan penanganan kekerasan seksual di perguruan tinggi
Kebijakan kontroversial ketiga dan terakhir yang pernah menjerat Nadiem Makarim terkait soal aturan penanganan kekerasan seksual di perguruan tinggi.
Beberapa waktu lalu terjadi banyak kasus kekerasan seksual di perguruan tinggi.
Lalu Nadiem menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 30 tahun 2021.
Namun hal yang menjadi kritik adalah dalam Pasal 5 Permendikbudristek 30/2021, tepatnya pada kata "tanpa persetujuan korban".
Menurut sejumlah Parpol, kata-kata itu seolah memberikan ruang atau memberi izin seks bebas atau zina di kalangan mahasiswa.
Baca Juga: Dikritik Soal Tim Bayangan Nadiem Makarim, Pengamat: Bangun SDM Tidak Sama dengan Bangun Aplikasi
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR