Intisari-Online.com - Film G30S PKI merupakan film yang wajib tayang di TV dan bioskop setidaknya selama 13 tahun pemerintahan Presiden Soeharto.
Sejak tahun 1984, film G30S PKI menjadi film wajib tayang, hingga dihentikan pada tahun 1998.
Pemutaran wajib film ini dilakukan setiap menjelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila, pada tanggal 1 Oktober.
Film ini pun disebut sebagai film propaganda ala rezim Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto.
Berjudul 'Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI', film tersebut adalah karya sutradara kawakan Arifin C Noer.
Film produksi Perum Produksi Film Negara (PPFN) tersebut merupakan film yang menceritakan mengenai kekejaman PKI dalam tragedi 30 September 1965.
Film tersebut menceritakan detik-detik bagaimana para perwira tinggi militer Indonesia diculik sebelum kemudian dibantai dan dikubur menjadi satu lubang yang kemudian disebut sebagai lubang buaya.
Seperti diketahui, peristiwa 30 September 1965 merupakan salah satu tragedi kelam dalam sejarah Indonesia yang masih terus diingat hingga hari ini.
Namun, film 'Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI' sendiri menuai pro dan kontra dari banyak kalangan.
Sebagian masyarakat percaya mengenai brutalnya kisah yang disajikan, sedangkan sebagian lainnya meragukan cerita yang ditampilkan sama seperti sejarah yang sebenarnya terjadi saat itu.
Bagaimana pun, begitu berakhirnya masa pemerintahan Presiden Soeharo atau Orde Baru, berakhir pula kewajiban untuk menayangkan film G30S PKI.
Inilah fakta film G30 S PKI, tentang pembuatannya hingga film ini tak lagi wajib diputar setiap tahun.
1. Telan Anggaran Rp 800 Juta
Dalam pembuatannya, film ini menghabiskan anggaran sebesar Rp 800 juta.
Arifin sebagai sutradara film ini, sebelumnya juga pernah membuat banyak film lainnya.
Di antaranya film berjudul Serangan Fajar, Suci Sang Primadona, Petualang Petualang, Harmonikaku, dan Yuyun.
2. Pengerjaannya 2 tahun
Sementara itu, pengerjaannya memerlukan waktu dua tahun.
Film ini sendiri berdurasi 271 menit.
Arifin C Noer menyebut film ini sebagai film terbaiknya dari segi teknis.
"Inilah film terbaik saya dari segi teknis," kata Arifin C Noer merujuk pada film Pengkhianatan G30S PKI.
3. Awalnya film ini akan diberi judul Sejarah Orde Baru
Dikutip Harian Kompas, Sabtu (15/9/1984), film ini awalnya diberi judul Sejarah Orde Baru. Namun kemudian diubah menjadi Pengkhianatan G30S PKI.
4. Pecahkan rekor penonton
Berdasarkan data Harian Kompas (31/12/1984), pada 1984, film G30S/PKI memecahkan rekor penonton wilayah DKI melebihi film-film sebelumnya.
Film G30S/PKI sampai Desember 1984, menarik penonton di DKI Jakarta hingga 699.282.
Jumlah tersebut mengungguli top box office 1982 yakni Nyi Blorong yang mencetak penonton 354.790 penonton.
5. Menjadi film wajib di era Soeharto
Film ini menjadi film yang wajib diputar setiap tahunnya sejak dirilis hingga berakhirnya masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Film G30 S PKI mulai muncul di televisi nasional pada 1985 bertepatan dengan peristiwa 30 September. Selain itu juga menjelang Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober.
Sehingga selama 13 tahun tiap menjelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila di era kepemimpinan Soeharto, film ini diputar di TV dan bioskop.
Oleh karena itu banyak yang menyebut fim G30S/PKI merupakan film propaganda ala rezim orde baru pimpinan Presiden Soeharto.
6. Menuai banyak pro dan kontra
Film G30S/PKI ini menuai pro dan kontra di banyak kalangan.
Sebagian kalangan percaya mengenai brutalnya kisah yang disajikan, sedangkan sebagian yang lain meragukan cerita yang ditampilkan sama seperti sejarah yang sebenarnya terjadi saat itu.
7. Pemutaran wajib film ini berhenti di era reformasi
Pada 30 September 1998, pemutaran wajib film ini dihentikan, yaitu selang empat bulan setelah setelah jatuhnya Soeharto.
Departemen Penerangan memutuskan untuk tidak lagi memutar film ini.
Pemberitaan Harian Kompas, 30 September 1998 menyebutkan saat itu, Departemen Penerangan beralasan film tersebut sudah terlalu sering ditayangkan.
"Karena terlalu sering diputar, filmnya juga sudah kabur," ucap Dirjen RTF Deppen Ishadi SK. Sementara itu, Menteri penerangan Muhammad Yunus juga berpendapat pemutaran film G30S/PKI tak sesuai dinamika reformasi.
Mengutip Kompas.com (20/9/2017), setidaknya ada tiga tokoh sentral yang berperan dalam dihentikannya pemutaran film Pengkhianatan G30S/PKI.
Mereka adalah Marsekal Udara Saleh Basarah, Menteri Penerangan Muhammad Yunus Yosfiah, dan Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono.
8. Digantikan film lainnya
Setelah pemutaran wajib film tersebut dihentikan, maka sebagai gantinya, Deppen bekerja sama dengan Depdikbud untuk mempersiapkan sebuah film yang terdiri dari tiga episode.
Film berjudul Bukan Sekadar Kenangan itu disutradarai Tatiek Mulyati Sihombing.
Film tersebut berdurasi 72 menit, yang merupakan episode pertama dari trilogi yang ditayangkan pada waktu berbeda.
Sinema Bukan Sekedar Kenangan berkisah mengenai trauma seorang kepala keluarga akan peristiwa G30S.
Itulah beberapa fakta film G30S PKI.
Baca Juga: Bikin Soekarno Murka, dalam Aksinya Para Tokoh PKI Madiun Mengumumkan Berdirinya Apa?
(*)