Intisari-Online.com - Pernahkah Anda mendengar nama suku Tharu?
Di dunia ini, ada banyak halluar biasa dan tidak biasa dapat ditemukan. Salah satunya peradabaansuku Tharu.
Penampakan peradabaan suku Tharu pun dipublish oleh Omar Reda.
Dia mengunjungi Nepal danmendokumentasikan wanita bertato dari suku Tharu yang mempraktekkan tradisi yang mungkin akan berakhir.
Dilansir darithevintagenews.com pada Sabtu (6/8/2022), masyarakat Tharu adalah kelompok etnis asli yang tinggal di kaki selatan pegunungan Himalaya.
Pada tahun 2011, perkiraan populasi suku Tharu adalah sekitar 1,7 juta, dengan mayoritas tinggal di Nepal.
Sebagian besar dari orang-orang hutan ini, sebagaimana mereka menyebut diri mereka sendiri, beragama Hindu, dan bertahan hidup dari pertanian dan berburu.
Mereka adalah orang-orang yang berkembang dalam isolasi, dan masih banyak ragam bahasa dalam endemik mereka.
Banyak yang dapat ditemukan di Distrik Chitwan Nepal, di mana Omar Reda bertemu dengan mereka dan mengambil foto-fotonya yang menarik.
Pada kunjungannya ke Nepal, Omar menemukan bahwa para wanita dari suku Tharu, di masa lalu, semua ditutupi tato.
Tidak jarang bangsa pribumi mempraktekkan seni tato, namun alasan dibalik tato para wanita Tharu mengejutkan para fotografer petualang.
Ada tiga cerita berbeda yang Omar pelajari tentang tato.
Yang pertama, dan yang paling mengejutkan, menceritakan bagaimana gadis-gadis cantik orang Tharu diambil sebagai budak seks oleh keluarga kerajaan yang memerintah Kerajaan Nepal.
Chitwan adalah daerah di mana anggota keluarga kerajaan pernah menghabiskan musim panas mereka.
Penculikan terus menerus terhadap wanita cantik Tharu membuat para wanita membuat tato di tubuh mereka.
Tujuannya agarmereka akan terlihat jelek di mata para pria kerajaan.
Kisah kedua menjelaskan bahwa tato itu wajib bagi gadis remaja.
Jika gadis itu tidak memiliki tato ini, maka dia akan dikeluarkan dari komunitas, juga dari keluarganya.
Wanita yang tidak bertato tidak diizinkan untuk menikah atau bahkan berbicara dengan orang lain.
Tharu bertindak lebih jauh dengan melarang orang mengambil apa pun yang pernah disentuh wanita tanpa tato sebelumnya.
Jadi, agar bisa diterima oleh rakyatnya, gadis-gadis Tharu harus menutupi tubuh mereka dengan tinta.
Kisah ketiga adalah yang paling tidak mengejutkan.
Dikatakan bahwa tato itu dilakukan untuk meningkatkan kecantikan para wanita, sehingga ketika mereka mati, mereka akan masuk surga dalam bentuk yang paling indah.
Tidak dapat dipastikan mana dari ketiga cerita tersebut yang benar.
Namun, dapat dipastikan bahwa seni tato memainkan peran yang sangat penting di antara orang-orang ini.