Intisari-Online.com - Raja Shaka Zulu hidup sezaman kaisar Prancis, Napoleon, dan bahkan ada yang menjulukinya sebagai 'Napoleon Afrika'.
Meski begitu, terlepas dari reputasi mereka sebagai pemimpin militer yang hebat, Shaka jauh lebih diingat sebagai orang gila yang kejam dan haus darah.
Shaka lahir sekitar tahun 1787, putra Senzangakhona, yang pada waktu itu memerintah atas kepala suku kecil yang dikenal sebagai Zulu.
Ibu Shaka dipanggil Nandi, dan pada saat itu, dia bukan istri sah Senzangakhona.
Keduanya diusir dari rumah Senzangakhona dan pindah untuk tinggal di antara orang-orang Langeni.
Menjadi anak haram tentu bukan hal yang mudah untuk dilalui di sekitar suku Nguni, dan sebagian besar masa kanak-kanaknya, Shaka diintimidasi ke mana pun dia pergi.
Setelah beberapa lama bersama suku Langeni, ibu dan anak itu akhirnya pindah lagi.
Kali ini mereka tinggal di antara orang-orang Mthethwa yang dipimpin oleh Kepala Dingiswayo.
Di sinilah Shaka segera menguasai berbagai taktik dan strategi di medan perang.
Memiliki tubuh prajurit yang sempurna dan juga bakat diplomatik yang luar biasa, ia dengan cepat naik pangkat.
Dia akhirnya menjadi komandan utama.
Setelah ayah Shaka meninggal sekitar tahun 1816, Kepala Dingiswayo membantu murid mudanya mengusir dan membunuh kakak laki-lakinya di desa Zulu, dan begitulah akhirnya Shaka menjadi penguasa.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR