Cerita Legenda Munculnya Gunung Krakatau dan Asal-usul Selat Sunda, dari Guci yang Ditinggalkan Seorang Raja di Tengah-tengah Pulau Jawa dan Sumatera

Khaerunisa

Editor

Erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat (1/7/2022).
Erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat (1/7/2022).

Intisari-Online.com - Ada sebuah cerita legenda tentang munculnya Gunung Krakatau dan asal-usul Selat Sunda.

Dalam cerita legenda itu, disebut bahwa Gunung Krakatau terbentuk dari guci yang ditinggalkan seorang raja di tengah-tengah Pulau Jawa dan Sumatera.

Cerita legenda itu bermula ketika sang raja hendak membagi wilayah kekuasaan untuk anak-anaknya, tapi malah berakhir dengan tragedi.

Seperti apa kisahnya?

Gunung Krakatau sendiri kini dikenal sebagai gunung dengan letusan terkuat sepanjang sejarah, yaitu letusan yang terjadi pada tahun 1883.

Bahkan saking dahsatnya, letusan Gunung Krakatau sampai terdengar hingga Australia Tengah yang berjarak 3.300 kilometer dari titik ledakan dan Pulau Rodriguez, kepulauan di Samudera Hindia yang berjarak 4.500 kilometer.

Letusan Gunung Krakatau itu pun menjadi salah satu peristiwa vulkanik paling mematikan yang pernah terjadi.

Melansir Britannica, peristiwa itu memicu tsunami yang menewaskan lebih dari 36.000 orang.

Baca Juga: Letusannya Bisa Bikin Dunia Ketar-ketir, Gunung Krakatau Mendadak Keluarkan Aktivitas Berada di Level Siaga Tiga, Ini yang Sudah Terjadi Sejauh Ini

Baca Juga: BMKG Beri Penjelasan 33 Kali Gempa Susulan di Selat Sunda, Tempat yang Salah Satu Bencana Tsunaminya Tercatat di Kitab Jawa Tahun 416

Letusan tahun itu menyebabkan abu Gunung Krakatau terlempar setinggi 50 mil (80 kilometer) ke udara.

Debit material letusan dari Krakatau begitu besar sehingga abu jatuh di area seluas sekitar 300.000 mil persegi (800.000 kilometer persegi).

Selain itu, Letusan Krakatau tahun 1883 tetap menjadi suara paling keras dalam sejarah yang tercatat.

Sementara itu, pada 1927 letusan baru dimulai di bawah laut di kaldera Krakatau, sebuah kerucut naik ke permukaan laut pada tahun 1928, hingga pada tahun 1930 terbentuk pulau kecil yang disebut Anak Krakatau.

Legenda Munculnya Gunung Krakatau dan Selat Sunda

Konon, dahulu ada kerajaan yang dipimpin raja bernama Prabu Rakata. Saat itu, Pulau Jawa dan Sumatera masih menjadi satu berupa daratan.

Prabu Rakata yang memiliki dua orang anak diceritakan ingin memberikan wilayah yang adil bagi mereka agar tidak terjadi perselisihan. Untuk itu, sebelum membagi wilayah kekuasaannya dengan adil, ia pergi menyepi.

Rencana pembagiannya, yaitu bagian timur merupakan daerah kekuasaan Raden Sundana, sedangkan di bagian barat merupakan wilayah kekusaan Raden Tapabaruna.

Kaputusan Prabu Rakata itu pun disepakati oleh kedua puteranya, kemudian sang raja pergi menyepi dengan membawa guci kesayangannya. Namun, sebelum Prabu Rakata kembali dari menyepi, justru perang telah terjadi di antara anak-anaknya.

Baca Juga: Raksasa Pertama di Dunia: Firaun Sa-Nakht Punya Tingginya di Atas Rata-rata Masyarakat Mesir Kuno

Peperangan itu terjadi karena Raden Sundana menyerang kerajaan milik Raden Tapabaruna untuk merebut dan menguasai wilayah.

Mengetahui peperangan yang terjadi di antara anak-anaknya, Prabu Rakata pun segera kembali ke kerajaan, mengakhiri pertapaannya.

Marah dengan perbuatan anak-anaknya, Prabu Rakata memanggil keduanya. Lalu, ia meminta mereka untuk berdiri di kekuasaan wilayah masing-masing dengan pasukan di belakangkanya.

Setelah itu, Prabu Rakata menyiram air dalam guci yang telah diisi air laut ke permukaan bumi, tepat di tengah-tengah kedua puteranya.

Sementara itu, guci kesayangan Prabu Rakata itu diletakkan di tengah-tengah. Dengan guci itu, cerita legenda ini menggambarkan daratan terbelah.

Bumi pun bergetar dengan hebat hingga membentuk celah jurang. Kemudian semakin bergetar yang rekahannya merambat ke arah utara dan selatan sampai keduanya bertemu di ujung laut utara dan selatan.

Sebuah selat pun terbentuk yang kemudian dinamakan Selat Sunda. Konon selat ini sebagai peringatan atas perbuatan putranya Raden Sundana.

Sementara itu, guci yang ditinggalkan oleh Prabu Rakata berubah menjadi gunung yang diberi nama Rakata atau yang dikenal Krakatau.

Seperti itulah munculnya Gunung Krakatau dan terbentuknya Selat Sunda dalam cerita legenda yang menjadi kepercayaan masyarakat.

Baca Juga: Utang Sri Lanka Rp762 Triliun Saja Bisa Bangkrut Gara-Gara Gagal Bayar Utang, Mengapa Indonesia yang Utangnya Tembus Rp6.094 Triliun Justru Disebut Masih Aman ?

Aktivitas Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau yang terbentuk pada 1930 tercatat telah mengalami erupsi lebih dari 100 kali terhitung hingga tahun 2000, baik bersifat eksplosif maupun efusif.

Sementara itu, pada 2001, terjadi erupsi abu Gunung Anak Krakatau termasuk tipe strombolian pada 5 Juli.

Empat tahun kemudian, pada 24-26 September 2005, terjadi peningkatan jumlah kegempaan.

Pada 20-22 Oktober 2007, aktivitas kegempaannya kembali meningkat, dan pada 23 Oktober 2007 terjadi letusan abu setinggi 200 meter.

Selanjutnya pada 1-20 April 2008, kembali terjadi peningkatan aktivitas.

Kemudian mulai 10 Oktober 2010, erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi dengan letusan abu yang disertai lontaran material pijar dengan ketinggian asap berkisar 100-1700 meter dan berlangsung setiap hari sampai saat ini.

Sebelumnya berstatus waspada atau level II, kini sejak 24 April 2022, Gunung Anak Krakatau ditingkatkan levelnya menjadi level III atau Siaga.

Terbaru pada Sabtu (16/7/2022) pukul 22.55 WIB, kembali terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau.

Baca Juga: Wanita Terkaya yang Dikenal Karena Kesalehan dan Kebajikannya, Inilah Kisah Mihrimah Sultan dari Kesultanan Ottoman, yang Habiskan Kekayaannya untuk Amal dan Perbuatan Baik

(*)

Artikel Terkait