Pada hari kejadian, Seno mengatakan dirinya sempat mendengar suara seperti ledakan petasan lebih dari dua kali dalam durasi tidak terlalu lama.
Saat itu, Seno berada di dalam rumah yang jaraknya hanya sekitar 30 menit dari rumah Kadiv Propam.
Namun, Seno tidak terlalu menaruh perhatian pada suara yang ternyata suara tembakan senjata api itu, terlebih saat itu sedang memasuki waktu Idul Adha.
Seno mengatakan bahwa suara tembakan itu kemungkinan berubah karena meledak di dalam rumah.
Akan tetapi, Seno tetap curiga. Ia kemudian menghubungi satpam yang berjaga di seberang rumah dinas Kadiv Propam melalui telepon.
Seno menuturkan, "Waktu itu saya memang sempat tanya ke satpam yang berjaga di sana. ’Kamu dengar?’. Dia menjawab, ’Dengar, Pak, tapi saya kira petasan juga’. Kemudian, setelah satpam bilang, banyak (polisi) datang (ke rumah Kadiv Propam), makin lama makin banyak."
Seno pun mengaku bahwa dia tidak mendengar ambulans yang membawa jasad Brigadir Nofriansyah.
Seno juga mengatakan bahwa kejanggalan muncul karena ada pihak luar yang mengganti decoder kamera pemantau (CCTV) yang diletakkan di sekitar kompleks, pada Sabtu (9/7/2022) atau sehari setelah baku tembak.
Di kompleks itu, RT menaruh delapan kamera CCTV yang sepengetahuannya aktif.
Mantan Kapolda Aceh dan Sumatera Utara itu juga mempertanyakan mengapa satpam di lingkungannya diperintah oknum untuk menjaga pintu masuk kompleks daripada menjaga lingkungan kompleks sejawarnya.
Source | : | kompas |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR