Dengar Ledakan tapi Tak Dengar Ambulans Bawa Jasad Brigadir J, Ketua RT di Kompleks Kadiv Propam Geram Tidak Mendapat Laporan Soal Penembakan

Tatik Ariyani

Editor

Brigpol J dimakamkan di Kecamatan Sungai Bahar, Muarojambi.
Brigpol J dimakamkan di Kecamatan Sungai Bahar, Muarojambi.

Intisari-Online.com -Insiden baku tembak yang melibatkan dua anggota kepolisian di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo yang kemudian menewaskan Brigadir Nopryansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J menjadi sorotan karena adanya sejumlah kejanggalan.

Misalnya saja, pengungkapan kasus baru disampaikan Polri 3 hari setelah kejadian atau Senin (11/7/2022).

Saat kasus ini hendak diusut, seluruh CCTV di rumah Irjen Ferdy Sambo juga ternyata mati lantaran decoder-nya rusak.

Kejanggalan lainnya diungkap pihak keluarga setelah mereka menemukan sejumlah luka sayat di tubuh Brigadir J.

Menurut keluarga, selain luka tembak, di jasad Brigadir J juga ditemukan luka senjata tajam di bagian mata, mulut, hidung, dan kaki.

Bahkan, di ruas jari Brigadir J dilaporkan putus.

Keluarga pun sempat dilarang melihat jasad Brigadir J saat jasad mending tiba di Jambi pada Sabtu (9/7/2022).

Mengenai insiden baku tembak tersebut, ketua RT 005 RW 001 Kompleks Duren Tiga, Jakarta Selatan, Mayor Jenderal Purnawirawan Seno Sukarto, geram karena tidak mendapat laporan dari petugas terkait penembakan yang terjadi di rumah Irjen Ferdy Sambo.

Seno (84) mengaku bahwa sampai Rabu (13/7/2022), dia belum mendapatkan laporan dari yang berwenang perihal peristwia tembak-menembak yang terjadi pada Jumat pekan lalu.

Dilansir Kompas.id, Seno mengatakan, "Sampai sekarang, saya terus terang ketemu saja enggak (dengan polisi yang menyidik). Saya kesal, saya dianggap apa ini? Maaf saja, saya jenderal, lho, meski RT."

Seno mengaku bahwa ia baru mengetahui informasi tentang adanya tembak menembak dari pemberitaan media pada Senin (11/7/2022), bersamaan dengan hari ketika Mabes Polri merilis kasus itu kepada publik.

Dengan nada kecewa, Seno mengatakan, "Jadi, saya tersinggung juga sama sekali enggak ada laporan. Kenapa tidak memberi tahu saya."

Pada hari kejadian, Seno mengatakan dirinya sempat mendengar suara seperti ledakan petasan lebih dari dua kali dalam durasi tidak terlalu lama.

Saat itu, Seno berada di dalam rumah yang jaraknya hanya sekitar 30 menit dari rumah Kadiv Propam.

Namun, Seno tidak terlalu menaruh perhatian pada suara yang ternyata suara tembakan senjata api itu, terlebih saat itu sedang memasuki waktu Idul Adha.

Seno mengatakan bahwa suara tembakan itu kemungkinan berubah karena meledak di dalam rumah.

Akan tetapi, Seno tetap curiga. Ia kemudian menghubungi satpam yang berjaga di seberang rumah dinas Kadiv Propam melalui telepon.

Seno menuturkan, "Waktu itu saya memang sempat tanya ke satpam yang berjaga di sana. ’Kamu dengar?’. Dia menjawab, ’Dengar, Pak, tapi saya kira petasan juga’. Kemudian, setelah satpam bilang, banyak (polisi) datang (ke rumah Kadiv Propam), makin lama makin banyak."

Seno pun mengaku bahwa dia tidak mendengar ambulans yang membawa jasad Brigadir Nofriansyah.

Seno juga mengatakan bahwa kejanggalan muncul karena ada pihak luar yang mengganti decoder kamera pemantau (CCTV) yang diletakkan di sekitar kompleks, pada Sabtu (9/7/2022) atau sehari setelah baku tembak.

Di kompleks itu, RT menaruh delapan kamera CCTV yang sepengetahuannya aktif.

Mantan Kapolda Aceh dan Sumatera Utara itu juga mempertanyakan mengapa satpam di lingkungannya diperintah oknum untuk menjaga pintu masuk kompleks daripada menjaga lingkungan kompleks sejawarnya.

Baca Juga: Kapolri Sudah Pasang Badan, Kekayaan Irjen Ferdy Sambo yang Istrinya Diduga Dilecehkan Brigadir J Ternyata Masih 'Gaib', KPK Sampai Buka Suara

Baca Juga: Pantas Berani Pasang Badan Sangkal Ada Kejanggalan pada Jasad Brigadir J Hanya Lewat Foto, Ketua Harian Kompolnas Ini Ternyata Sangat Disegani Dalam Dunia Tembak-menembak

Artikel Terkait