Tujuan dari paket kebijakan tersebut adalah menghidupkan kembali ekonomi Jepang dari deflasi selama dua dekade, sambil mempertahankan disiplin fiskal.
Selama puluhan tahun, pertumbuhan ekonomi Jepang sangat stagnan.
Hal ini diakibatkan karena jumlah penduduk yang terus berkurang dan secara bersamaan populasi penduduk usia produktif juga mengalami penyusutan.
Masalah ekonomi Jepang yang stagnan mulai terasa di dekade 1990-an.
Misalnya kala itu karena ekonomi terlalu stagnan, nilai aset properti anjlok, membuatnya mulai banyak bangunan tak berpenghuni di Jepang.
Secara garis besar, kebijakan Abenomics melibatkan peningkatan jumlah uang yang beredar di negara, meningkatkan pengeluaran pemerintah, dan memberlakukan reformasi untuk membuat ekonomi Jepang lebih kompetitif.
Lewat kebijakan Abenomics, Shinzo Abe berhasil membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi Jepang.
Bahkan mengantarkan negeri sakura itu ke posisi yang lebih kuat sebelum guncangan pandemi Covid-19.
Semasa pemerintahan Shinzo Abe, Jepang mencetak mata uang tambahan untuk membuat ekspor Jepang lebih menarik dan menghasilkan inflasi yang moderat sekitar 2 persen.
Bahkan melalui Bank of Japan (BOJ), dilakukan pelonggaran moneter skala besar guna mendorong harga saham dan melemahkan yen, membantu perusahaan Jepang yang bergantung pada ekspor untuk memperluas keuntungan mereka.
Melalui Abenomics pula, Shinzo Abe berhasil menurunkan angka pengangguran di Jepang hanya sebesar 2,4 persen, investasi properti naik 151 miliar dollar AS, dan penerimaan pajak meningkat sebesar 149 miliar dollar AS.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR