Intisari-Online.com - Kabar duka datang dari dunia hiburan tanah air.
Aktris Senior Rima Melati meninggal dunia pada Kamis (23/6/2022) sore.
Hal itu disampaikan langsung oleh menantu Rima Melati, Marisa Tumbuan, melalui unggahan Instagram Story-nya.
"Telah berpulang dengan tenang ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa, Ibu RIMA MELATI, ibunda/mertua terkasih dari Aditya Bimasakti dan Marisa Tumbuan," tulis Marisa, Kamis (23/6/2022).
Menurut penuturan Marisa, Rima Melati mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta Pusat pukul 15.14 WIB pada hari ini.
Rima Melati merupakan aktris senior yang telah membintangi berbagai judul film dan sinetron.
Karier aktingnya dimulai lewat film Djuara Sepatu Roda tahun 1958, kemudian Kasih Tak Sampai tahun 1961.
Karier Rima Melati pun terus mengikuti perkembangan zaman. Ia turut membintangi beberapa judul sinetron seperti Wulan Cinta Tak Pernah Salah dan Buku Harian Nayla.
Rima Melati lahir di Tondano, Sulawesi Utara, pada 22 Agustus 1937.
Ia merupakan keturunan Belanda dan Minahasa.
Selain karier akting, ia juga terjun dalam dunia tarik suara.
Ia bergabung dengan Baby Dolls, sebuah grup penyanyi perempuan yang populer pada tahun 1960-an.
Personelnya termasuk Rima, Baby Huwae, Gaby Mambo, dan Indriati Iskak.
Memulai karier aktingnya lewat film Djuara Sepatu Roda tahun 1958, nama Rima Melati kemudian mulai melambung saat membintangi film Kasih Tak Sampai pada tahun 1961.
Selanjutnya, ia membintangi berbagai judul film lainnya.
Selama 1961-1963, setidaknya ada 10 judul film yang dibintangi Rima, termasuk Djantung Hati, Violetta, dan Kartika Ayu.
Baca Juga: Bahasa Apa yang Umumnya Dipakai Prasasti-prasasti Kerajaan Sriwijaya? Ini Dia
Kemudian, dia mengambil cuti panjang setelah membintangi film Kunanti Jawabmu tahun 1963.
Tahun 1969, Rima kembali ke dunia akting dan menjadi semakin populer.
Dalam kurun waktu 20 tahun, Rima disebut telah terlibat dalam 70 judul film.
Rima Melati juga pernah meraih penghargaan Piala Citra di Festival Film Indonesia 1973 kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik.
Penghargaan tak kalah bergengsi yang ia dapatkan adalah menjadi Best Supporting Actress di Festival Film Asia Pasifik ke-50.
Rima Melati juga pernah dinominasikan untuk penghargaan Pemeran Pembantu Wanita terbaik di beberapa Festival Film Indonesia yaitu dalam film Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas buat Kekasih (1985), Pondok Cinta (1986), Biarkan Bulan Itu (1987) dan Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat) (1989).
Tak hanya karier sebagai penyanyi dan akting, Rima Melati juga dikenal sebagai sutradara televisi.
Satu di antara karyanya adalah Api Cinta Antonio Blanco.
Baca Juga: Titik Pijat Agar Bisa Kentut yang Harus Anda Tahu dan Cara Atasi Susah Buang Angin
Fakta Unik Nama Panggung Rima Melati
Rupanya, ada fakta unik mengenai nama panggung aktris Rima Melati.
Nama aslinya adalah Marjolien Tambajong.
Dikabarkan nama panggungnya merupakan pemberian Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno.
Dikutip dari Kompas.com, nama Rima sebenarnya akan diberikan pada anak yang sedang dikandungnya saat itu.
Nama yang terinspirasi dari karakter Rima the Bad Girl dalam film Green Mansions (1959).
Namun, kemudian Rima kehilangan bayinya sebelum dilahirkan.
Sehingga dia meminta saran pada Soekarno untuk menggunakan nama itu, yang kemudian dipadukan dengan Melati.
Baca Juga: Bukti Peninggalan Kerajaan Majapahit, Berikut Daftarnya Mulai dari Candi, Prasasti hingga Kitab
Bung Karno memang gemar mengganti nama orang yang dikenal, ternyata Rima Melati menjadi salah satunya.
Waktu itu Soekarno menyukai nama tersebut dan mulai memanggil Marjolien atau Leintje dengan nama Rima Melati.
Nama Rima Melati kemudian digunakan sejak 1960-an.
Perkenalan Rima dengan Presiden Soekarno sendiri terjadi sejak Rima masih kecil.
Saat itu Soekarno memerintah di Yogyakarta, dan Rima diajak oleh orang tuanya untuk berjuang.
Rima Melati merupakan anak dari desainer terkenal, Non Kawilarang.
Selain dekat dengan Soekarno, Rima Melati juga diketahui pernah satu kelas dengan mantan Presiden Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid atau Gusdur.
Mereka satu kelas saat duduk di bangku SD Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS).
(*)