Sebagai perayana hidup dan menjadi orang tua, orang-orang mengenakan pakaian terbaik mereka.
Sekelompok musisi memainkan terompet, drum, dan seruling Malagasi yang disebut ‘sodina’ untuk menemani pesta dan mengikuti mereka dar desa ke makam.
Sesampai di pemakaman, jenazah dikeluarkan dan ditempatkan di atas tikar buluh.
Keluarga angkat membungkus jenazah dengan kain kafan baru.
Pada saat ini orang dapat menempatkan sesuatu yang disukai mayat tersebut ketika dia masih hidup dengan lembaran baru.
Untuk pria, mungkin rokok atau alkohol, sementara untuk wanita, parfum atau lipstik.
Sedangkan untuk anak-anak, orang biasanya menempatkan permen.
Setelah itu dibungkus, lalu kerabat langsung menari dengan jenazah dan mempersembahkannya kepada pendatang baru di keluarga.
Namun, beberapa tahun terakhir, praktik tersebut telah dikritik dan banyak diserukan untuk dihentikan.
Semakin banyak orang yang meninggalkan tradisi ini dengan keyakinan bahwa praktik tersebut bertentangan dengan beberapa agama.
Festival ini juga semakin mahal untuk dilakukan, dan beberapa media juga mengaitkan dengan penyebaran wabah melaluiu acara Famadihana ini.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR