Tradisi ‘Sarung Tangan Semut Peluru’ Suku Satere-Mawe, ‘Siksaan’ Inisiasi Anak Laki-laki Jadi Pria Dewasa, Harus Alami Rasa Sakit Terburuk yang Ditawarkan Hutan Agar Siap Hadapi Bahaya di Hutan

K. Tatik Wardayati

Penulis

Tradisi sarung tangan semut peluru Suku Mawe, inisiasi anak laki-laki jadi pria dewasa.

Intisari-Online.com – Banyak suku di dunia yang memiliki tradisinya masing-masing sebagai bentuk inisiasi seorang anak laki-laki menjadi pria dewasa.

Dari banyaknya tradisi suku yang unik, namun tidak ada yang cukup seperti praktik unik suku Mawe.

Satere-Mawe adalah suku yang tinggal di hutan hujan Amazon Brazil, yang memiliki ritus peralihan yang aneh dan menyakitkan yang harus dirasakan oleh semua anak laki-laki suku ini untuk diterima sebagai laki-laki dewasa.

Suku Mawe percaya bahwa setiap anak laki-laki yang ingin menjadi pria dewasa harus mengalami rasa sakit terburuk yang ditawarkan hutan.

Bagaimana caranya?

Mereka harus memasukkan lengan mereka ke dalam sarung tangan semut peluru, dan merasakan sengatan Paraponera clavata.

Semut peluru adalah spesies semut dengan sengatan paling menyakitkan dari serangga mana pun.

Sesuai dengan namanya, semut ini konon memiliki sengatan yang terasa seperti ditembak dengan peluru.

Sengatannya memberi peringat empat dari empat pada indeks nyeri sengatan Schmidt, skala yang dibuat oleh ahli entomologi Justin O. Schmidht pada tahun 1980-an untuk mengkategorikan dan menilai rasa sakit relatif dari sengatan serangga yang berbeda.

Pada skala satu sampai empat, hanya sengatan semut peluru dan tawon tarantula elang yang memiliki nilai empat sempurna.

Sengatannya digambarkan sangat menyakitkan, dan siksaannya sangat panjang.

Schmidt menggambarkan sengatan itu sebagai perasaan seperti ‘gelombang besar dan rasa sakit yang membakar’.

Rasa sakit berlanjut hingga 24 jam, surut, dan kembali secara teratur.

Lalu, untuk ritual kedewasaan suku Mawe, mereka menenggelamkan ratusan semut peluru dalam obat penenang alami, membuat mereka tidak sadarkan diri.

Semut besar ini kemudian ditenun menjadi sarung tangan yang terbuat dari daun, dengan sengatnya mengarah ke bagian dalam sarung tangan.

Ketika semut-semut itu sadar kembali, sarung tangan ini kemudian diletakkan di tangan para pemuda yang menjalani ritual tersebut.

Anak laki-laki itu kemudian harus memakai sarung tangan itu di tangannya selama lima menit penuh, sementara ratusan semut menyengatnya berulang kali.

Sarungan tangan semut peluru itu kemudian dilepas, melansir allthatinteresthing, namun kemungkinan anak laki-laki itu mengalami kesakitan dan gemetar tak terkendali selama berjam-jam.

Mereka bahkan kemungkinan mengalami kelumpuhan otot, disorientasi, dan halusinasi.

Untuk menyelesaikan inisiasi ini sepenuhnya, dan diterima sebagai laki-laki dewasa oleh suku itu, maka anak laki-laki harus menjalani praktik ini sebanyak 20 kali selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Ujian yang melelahkan ini maksudnya adalah mempersiapkan anak laki-laki untuk kehidupan tradisional Mawe, di mana dia akan menghadapi semua bahaya yang dialami di hutan sebagai pemburu dan pejuang sukunya.

Baca Juga: Lambangkan Kejantanan dari Roh Buaya, Inilah Tradisi Pemotongan Kulit Suku Kaningara di Papua Nugini, Inisiasi dari Remaja Jadi Laki-laki Dewasa, Ritual Mahal Lambangkan Pengeluaran Darah Kelahiran

Baca Juga: Mulai dari Jam Digital dan Tutup Botol di Rambut Mereka Hingga Kartu Sim di Telinga Mereka, Suku Dassanach dari Lembah Omo di Ethiopia Ini Ubah Sampah Jadi Perhiasan Cantik dan Tidak Ingin Menjualnya

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait