Find Us On Social Media :

Tradisi ‘Sarung Tangan Semut Peluru’ Suku Satere-Mawe, ‘Siksaan’ Inisiasi Anak Laki-laki Jadi Pria Dewasa, Harus Alami Rasa Sakit Terburuk yang Ditawarkan Hutan Agar Siap Hadapi Bahaya di Hutan

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 19 Juni 2022 | 16:00 WIB

Tradisi sarung tangan semut peluru Suku Mawe, inisiasi anak laki-laki jadi pria dewasa.

Intisari-Online.com – Banyak suku di dunia yang memiliki tradisinya masing-masing sebagai bentuk inisiasi seorang anak laki-laki menjadi pria dewasa.

Dari banyaknya tradisi suku yang unik, namun tidak ada yang cukup seperti praktik unik suku Mawe.

Satere-Mawe adalah suku yang tinggal di hutan hujan Amazon Brazil, yang memiliki ritus peralihan yang aneh dan menyakitkan yang harus dirasakan oleh semua anak laki-laki suku ini untuk diterima sebagai laki-laki dewasa.

Suku Mawe percaya bahwa setiap anak laki-laki yang ingin menjadi pria dewasa harus mengalami rasa sakit terburuk yang ditawarkan hutan.

Bagaimana caranya?

Mereka harus memasukkan lengan mereka ke dalam sarung tangan semut peluru, dan merasakan sengatan Paraponera clavata.

Semut peluru adalah spesies semut dengan sengatan paling menyakitkan dari serangga mana pun.

Sesuai dengan namanya, semut ini konon memiliki sengatan yang terasa seperti ditembak dengan peluru.

Sengatannya memberi peringat empat dari empat pada indeks nyeri sengatan Schmidt, skala yang dibuat oleh ahli entomologi Justin O. Schmidht pada tahun 1980-an untuk mengkategorikan dan menilai rasa sakit relatif dari sengatan serangga yang berbeda.

Pada skala satu sampai empat, hanya sengatan semut peluru dan tawon tarantula elang yang memiliki nilai empat sempurna.

Sengatannya digambarkan sangat menyakitkan, dan siksaannya sangat panjang.

Schmidt menggambarkan sengatan itu sebagai perasaan seperti ‘gelombang besar dan rasa sakit yang membakar’.