Find Us On Social Media :

Lambangkan Kejantanan dari Roh Buaya, Inilah Tradisi Pemotongan Kulit Suku Kaningara di Papua Nugini, Inisiasi dari Remaja Jadi Laki-laki Dewasa, Ritual Mahal Lambangkan Pengeluaran Darah Kelahiran

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 16 Juni 2022 | 16:45 WIB

Tradisi suku Kaningara Papua Nugini, pemotongan kulit menyerupai kulit buaya.

Intisari-Online.com – Orang-orang suku Kaningara di Papua Nugini tinggal di daerah hutan terpencil di pulau itu.

Mereka merupakan komunitas pemburu dan pengumpul, serta bertahan hidup dari sumber daya bumi.

Seperti komunitas lainnya, yang hidup dalam keterasingan, orang suku Kaningara memiliki sejumlah tradisi dan ritual penting sebagai identitas mereka.

Berasal dari keturunan Afrika, banyak dari tradisi mereka yang mencerminkan tradisi Afrika.

Salah satu praktik yang sangat penting, adalah menandai tradisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yaitu tradisi pemotongan kulit, atau skarifikasi.

Tempat-tempat di sepanjang sungai terbesari di Papua Nugini, Sepik, adalah tempat modifikasi tubuh yang paling rumit namun berdarah, dapat ditemukan.

Ritual inisiasi ini diadakan di Rumah Roh’ yaitu salah satu yang paling rumit dan pribadi, karena membutuhkan waktu lama untuk diselesaikan dan dilarang keras bagi wanita.

Anak laki-laki suku Kaningara yang menjalani ritual ini biasanya berusia antara 12-35 tahun.

Ini adalah ritual mahal, maka membutuhkan waktu lama bagi orangtua dan keluarga untuk menabung agar putra mereka dapat menjalani ritual pemotongan.

Kesenjangan usia juga lebar karena ritual ini hanya terjadi setiap 4-5 tahun sekali.

Untuk menjalani ritual ini, mereka tinggal di Rumah Roh selama 1-3 bulan, menerima pelatihan dari para tetua, tentang bagaimana menjadi seorang pria dan mewujudkan identitas jantan.

Mereka diserahkan ke ritual skarifikasi, yang mungkin memakan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu untuk menyelesaikannya.