Intisari-Online.com - Mengapa Sultan Agung Merencanakan Serangan ke Batavia?
Di bawah pemerintahan Sultan Agung, Mataram Islam menyerang VOC Belanda di Batavia.
Serangan tersebut dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tahun 1628 dan tahun 1629.
Ketika serangan pertama gagal, Sultan Agung tak menyerah, ia kemudian merencanakan serangan kedua ke Batavia.
Sultan Agung merupakan raja Kesultanan Mataram yang memerintahkan pada 1613-1645.
Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika atau terkenal juga dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Ia naik tahta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun.
Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627.
Inilah alasan mengapa Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia hingga dua kali.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram berkembang menjadi salah satu kerajaan terbesar dan paling dihormati di Nusantara.
Ketika itu, Mataram hampir menguasai seluruh tanah Jawa.
Namun, Banten serta Batavia (Jakarta), yang menjadi markas VOC, merupakan salah satu wilayah di Jawa yang belum dikuasai.
Keberadaan VOC dianggap sebagai penghalang bagi Mataram untuk menguasai Banten.
Selain itu, Sultan Agung juga menganggap kedudukan VOC di Batavia sebagai ancaman karena kerap menghalangi kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka.
Itulah salah satu alasan mengapa Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629.
Meski begitu, ketegangan antara Mataram dan VOC sendiri telah berlangsung sejak Sultan Agung naik takhta.
Pada 1614, VOC mengirim utusan untuk mengucapkan selamat atas penobatan Sultan Agung sebagai Raja Mataram.
Kala itu, VOC juga memerlukan beras dari Jawa dan sangat mengharapkan perdagangan dengan daerah-daerah pantai pengekspor beras yang ada di wilayah Mataram.
Baca Juga: Sebutkan Siapa Saja Anggota BPUPKI yang Mengusulkan Rumusan Dasar Negara?
Namun, Sultan Agung menyatakan bahwa Mataram tidak mungkin bersahabat apabila VOC ingin menguasai tanah Jawa.
Sultan Agung hendak mempersatukan Pulau Jawa di bawah kepemimpinannya.
Penolakan itu pun membuat hubungan antara Mataram dan VOC merenggang.
Kemudian pada tahun 1619, VOC berhasil merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten yang kemudian mengganti namanya menjadi Batavia.
Saat itu, markas VOC lantas dipindahkan ke Batavia.
Menyadari bahwa Batavia dipenuhi oleh VOC, Sultan Agung mulai berpikir untuk memanfaatkan VOC dalam persaingannya menghadapi Surabaya dan Kesultanan Banten.
Untuk dapat menyerang Banten, Mataram juga harus mengatasi Batavia terlebih dahulu.
Namun, giliran tawaran damai Mataram kepada VOC ditolak. Maka, Sultan Agung pun memilih untuk mengibarkan bendera perang.
Itulah yang melatarbelakangi serangan Mataram ke VOC di Batavia.
Baca Juga: Sebutkan Siapa Saja Anggota BPUPKI yang Mengusulkan Rumusan Dasar Negara?
Serangan Mataram ke VOC Belanda di Batavia
Serangan pertama yang terjadi pada tahun 1628 dipimpin oleh Tumenggung Baureksa, bupati Kendal.
Strategi serangan pertama pasukan Mataram ke Batavia itu adalah dengan membendung Sungai Ciliwung agar benteng VOC kekurangan air.
Meski strategi ini berhasil membuat pihak VOC terjangkit wabah kolera, tetapi dominasi Belanda belum bisa dipatahkan.
Pada akhirnya, pasukan Mataram memilih mundur dan kembali ke kerajaannya.
Belum sampai bisa mematahkan pertahanan Belanda, pasukan mataram mengalami hambatan.
Di antaranya stamina pasukan terkuras, kekurangan bahan makanan, dan juga kalah persenjataan.
Itulah yang menyebabkan mundurnya perlawanan Mataram terhadap Belanda pada serangannya yang pertama.
Selanjutnya, Mataram kembali melancarkan serangan ke Batavia setahun kemudian.
Sultan Agung kembali mengirim pasukan untuk menyerang VOC dengan strategi baru setelah belajar dari kekalahan sebelumnya.
Strategi yang diterapkan di antaranya, memperkuat armada militer, meningkatkan jumlah persenjataan, dan membangun lumbung makanan di Tegal dan Cirebon.
Serangan Mataram pada tahun 1629 ini dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya. Mereka berhasil membawa 80.000 pasukan Mataram sampai di Batavia, namun serangan ini kembali menemui kegagalan.
Meski sudah mengantisipasi hambatan serangan sebelumnya, rupanya Belanda masih saja menemukan cara untuk memukul mundur pasukan Mataram.
Belanda membakar lumbung padi milik pasukan Mataram oleh Belanda. Dan dengan dibakarnya lumbung padi oleh Belabda, pasukan Mataram kekurangan bahan makanan dan kelelahan, sehingga memilih untuk mundur.
Setelah kegagalan Mataram, VOC berhasil memperluas pengaruhnya dengan mengakuisisi dataran tinggi Priangan serta pelabuhan pantai utara Mataram, seperti Tegal, Kendal, dan Semarang.
Meski pada akhirnya gagal dan terpaksa menarik pasukannya mundur, namun keberanian Sultan Agung melakukan perlawanan terhadap Belanda menjadi salah satu catatan penting dalam sejarah Nusantara.
Sultan Agung menjadi penguasa lokal pertama yang melawan kehadiran VOC Belanda.
(*)