Dia akan menjadi hantu (‘roh redup’ dalam bahasa Jepang, hanya setengah hidup, dia bisa menghilang begitu saja, tetapi yang paling buruk, dia akhrinya akan menyalahkan istri dan anak-anaknya atas aibnya.
Akhirnya, pagi hari tanggal 14 Desember 1944, saat suaminy apergi ke Kumagaya, Fukuko mendandani dirinya dengan kimono terbaiknya.
Dia melakukan hal yang sama dengan anak-anaknya, Kazuko yang berusia tiga tahun dan Chieko yang berusia satu tahun.
Lalu, dia menulis surat kepada suaminya, mendesaknya untuk melakukan tugasnya ke negara dan tidak mengkhawatirkan keluarganya. Mereka akan menunggunya.
Kemudian Fukuko membungkus Chieko dengan tas ransel kain dan mengikatkan bayi itu ke punggungnya.
Sambil menggandeng tangan Kazuko, dia berjalan menuju Sungai Arakawa dekat sekolah tempat suaminya mengajar.
Dia mengambil tali, lalu mengikat pergelangan tangan Kazuko ke tangannya sendiri, dan melompat ke air yang membeku.
Polisi menemukan mayat mereka keesokan paginya, dan Fujii dibawa ke lokasi saat mereka dibaringkan.
Malam harinya, Fujii menulis surat kepada putri sulungnya, memohon padanya untuk merawat ibu dan adik perempuannya sampai dia bisa bergabung dengan mereka.
Kemudian Fujii melkaukan yubitsume (memotong jari kelingkingnya), dan dengan darahnya sendiri, dia menuliskan permohonan ketiganya kepada Angkatan Darat.
Pada tanggal 8 Februari 1945, Fujii menjadi komandan Skuadron Shinbu ke-45, yang dia beri nama Kaishin (semangat ceria).
Tepat sebelum fajar pada tanggal 28 Mei, sembilan pesawat menuju ke Okinawa, masing-masing membawa seorang pilot dan penembak, lalu mereka menemukan USS Drexler dan USS Lowry.
Dua pesawat menabrak Drexler, menenggelamkannya dalam beberapa menit dan menewaskan 158 awaknya.
Fujii ada di salah satunya, dia ‘dipertemukan’ kembali bersama keluarganya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR