Advertorial
Intisari-Online.com -Ketika menguasai Indonesia pada Perang Dunia II, militer Jepang memiliki pilot-pilot tempur handal yang berhasil merontokkan pesawat-pesawat tempur Sekutu.
Salah satunya adalah pilot tempur bernama Kapten Hiroshi Onozaki, top ace dari satuan 59th Sentai.
Selama bertempur di Indonesia, dia pernah merontokkan delapan pesawat tempur jenis Hurricane, sebuah Bleinheim IV dan pesawat latih Ryan STM-2 di langit Jawa.
Onozaki pernah juga menembak jatuh sebuah pengebom Mitchell B-25 US Army Air Force di atas Dili, Timor (sekarang Timor Leste).
Onozaki lahir 1917 di Tochigi Prefecture, Jepang, mendapat pelatihan terbangnya di Kumagaya dalam program 3rd term Youth Flight Programme bulan Februari 1936.
Dari sekian banyak siswa, dialah yang paling menonjol.
(Baca juga:Dikenal Psikopat, Hitler Justru Berusaha Batalkan Misi Bunuh Diri Pilot Kamikaze Nazi karena Alasan Ini)
Begitu lulus, Hiroshi Onozaki langsung dikirim ke Akeno Fighter School untuk menjadi pilot tempur.
Sewaktu Nomonham Incident berkobar, Onozaki ditempatkan di 59th Sentai di Manchuria tapi saat itu dia tidak dapat kesempatan beraksi.
Baru Desember 1941 pilot muda ini mendapat kesempatan bertempur sebagai salah seorang pilot 1st Chutai di Malaya.
Unitnya menyeberang Teluk Siam dari Indochina (sekarang Vietnam) dan melakukan straffing (tembakan dari udara) pada lapangan-lapangan udara Kota Baharu di timur laut Malaya.
Pada 21 Desember 1941, Sersan Onozaki mendapat kesempatan dogfight dengan pesawat Brewster Buffalo yang dipiloti Sersan KR Leys dari No.455 Squadron RAAF (Australia).
Dia keluar sebagai pemenangnya. Sementara pilot lain dari 59th Sentai Japan Army Air Force, juga menembak jatuh tiga pesawat musuh.
Meski pada pertempuran tersebut ada dua pesawat jenis Buffalo diawaki pilot Australia dan satu-satunya yang jatuh adalah yang diterbangkan oleh Leys.
Pilot pesawat jenis Oscar dari unit Onozaki melakukan misi serang selain di Malaya, juga di Singapura dan Sumatera.
(Baca juga:Kisah Nyata: Sambil Terjun Payung, Pilot AS Ini Jatuhkan Pesawat Jepang Dengan Tembakan Pistol)
Dalam pertempuran itu pesawat-pesawat Belanda dan Inggris dikirim melawan pesawat Jepang untuk melindungi kilang minyak di Palembang.
Sersan Mayor Onozaki bulan Mei kembali ke Jepang untuk mengikuti pendidikan pada Army Air Academy. Enam bulan kemudian lulus dengan pangkat letnan dua.
Onozaki kemudian kembali ke unitnya di Pulau Jawa dan salah satu tugasnya antara lain untuk menjaga keamanan di pulau Timor.
Januari 1943 dalam terbang rutinnya itu, sebuah B-25, dari formasi pengebom yang menyerang Dili, ditembak jatuh olehnya.
Pada 20 Juni, dalam serangan ke Port Darwin, Australia, 59th Sentai memberangkatkan 22 sorti Oscar dari Timor.
Serangan itu di bawah komando Mayor Takeo Fukuda untuk mengawal 18 pengebom dari 61st Sentai dan sembilan pengebom lainnya dari 75th Sentai.
Kekuatan udara Jepang ini dihadang oleh 46 spitfire dari No.1 Fighter Wing RAAF.
Dalam pertempuran dengan pesawat tempur Australia, Onozaki mengklaim telah menghancurkan dua pesawat Australia.
Bulan berikutnya, unit Onozaki diperintahkan terbang ke New Guinea untuk membantu pasukan Sekutu di medan perang tropis yang keras.
(Baca juga:Sering Merontokkan Pesawat Sekutu pada Perang Dunia II, Pilot Jepang Ini Dipanggil Setan)
Onozaki ikut mengawal pengebom yang dikirim untuk mengebom lapangan rahasia Sekutu di Tsili Tsili (Fabua).
Keesokan harinya dalam misi kedua ke sasaran yang sama, Onozaki mendapati dirinya berada dalam pertempuran sengit berhadapan dengan P-38 dari 431st Flight Squadron di atas Marilinan, selatan Tsili-Tsili.
Jago tempur Jepang ini mengklaim telah menjatuhkan sebuah pesawat jenis Lightning, tapi data USAAF menggambarkan tidak ada satu pun pesawat yang ditembak jatuh pada hari itu.
Dua hari kemudian Onozaki mendapatkan dirinya dikepung oleh 20 pesawat Lockheed P-38 Lightning.
Namun, dia berhasil lolos dari maut berkat pesawat Ki-43 yang dapat terbang pada ketinggian pepohonan.
Keesokan harinya ia dievakuasi ke Rabaul akibat terserang disentri berat.
Setelah sembuh Kapten Hiroshi Onozaki kembali ke Jepang dan menjadi instruktur di Tachiarai dan tidak pernah bertempur lagi dengan skor terakhir 14victories atas namanya.
Ia termasuk salah satu pilot tempur Jepang yang selamat paska PDII.
Bukan karena tembakan musuh tapi gara-gara terserang penyakit desentri secara mendadak dan berlangsung cukup lama.