Advertorial
Intisari-Online.com -Meski bukan berasal dari keluarga samurai, semangat berani mati pilot tempur Jepang Hiroyoshi Nishizawa ketika bertempur di udara menunjukkan dirinya sebagai ksatria laiknya seorang samurai.
Setidaknya, ada 87 pesawat tempur Sekutu dari berbagai jenis yang berhasil ia rontokkan.
Sumber lain bahkan menyebut Nishizwa, yang lebih dikenal sebagai “Setan dari Rabau”, berhasil menembak jatuh lebih dari 100 pesawat Sekutu.
Lepas dari sumber mana yang paling falid, intinya pesawat Sekutu yang berhasil ditembak jatuh oleh Nishizawa tidak sedikit.
Nishizawa lahir di Perfektur Nagano, Jepang, pada 27 Januari 1920. Ia bukan berasal dari keluarga Samurai melainkan pedagang sake.
Setelah lulus SMA, Nishizawa tak langsung bergabung dengan militer tapi sempat bekerja di pabrik tekstil.
Juni 1936, Nishizawa tertarik pada poster penerimaan sukarelawan pilot tempur, Yokaren.
Nishizawa pun kemudian mendaftar dan diterima di unit Japanese Navy Air Force. Setelah menjalani pendidikan selama tiga tahun, Maret 1939 Nishizawa dinyatakan lulus.
Tugas pertama Nishizawa adalah menjadi pilot tempur Skuadron Omura dan Sakura yang bermarkas di Qita.
Ketika Perang Dunia II meletus, Nishizawa, yang mempiloti pesawat tempur Mitsubishi A5M, ditempatkan di New Britain.
Saat itu, skuadron Nishizawa mengganti pesawat tempur dengan yang lebih canggih, Mitsubishi A6M2 Zero dengan tail code F-108.
Sebelum berganti pesawat, Nishizawa sudah berhasil menembak jatuh sebuah pesawat tempur Sekutu bernama PBY Catalina.
Usai bertugas di New Britain, skuadron Nishizawa ditransfer ke Papua Nugini dan bertempur bersama para seniornya, Saburo Sakai serta Toshio Ohta.
Saburo yang menyaksikan langsung kemahiran Nishizawa dalam manuver dan akrobatik pesawat, memberikan pujian bahwa pilot muda itu akan melebihi dirinya.
Komentar dan pujian Saburo tak hanya sekedar omongan. Dalam misi selama satu bulan, Nishizawa telah berhasil menjatuhkan lebih dari enam pesawat tempur Sekutu.
Dengan prestasinya, Nishizawa pun berhak bergabung dengan dua jawara pilot Saburo dan Toshio, sehingga menjadi tiga serangkai pilot jagoan.
Ketika tiga pilot jawara itu ditugaskan ke Guadalcanal tahun 1942, puluhan pesawat Sekutu kembali berhasil dijatuhkan.
Nishizawa sendiri paling tidak berhasil menjatuhkan enam pesawat Grumman F4F Wildcat. Sementara dua rekan lainnya mengalami luka parah sedangkan Toshio gugur.
November 1942, Nishizawa dan sejumlah pilot dipanggil pulang ke Jepang untuk menjadi instruktur.
Pada saat dipanggil pulang, Nishizawa paling sedikit sudah berhasil menembak jatuh 54 pesawat Sekutu.
Setahun kemudian, Nishizawa kembali dikirim ke medan tempur Rabaul dan mendapat hadiah sebilah pedang samurai dari komandan 11th Air Fleet, Vice Admiral Jin’Ichi Kusaka.
Nishizawa kembali turun ke medan laga ketika Sekutu mulai menyerbu Filipina, Oktober 1944.
Nishizawa yang bertempur dengan para pilot kamikaze menjadi saksi langsung tindakan para pilot yang sengaja menabrakkan pesawatnya ke kapal perang Sekutu.
Dalam pertempuran udara di Filipina ini, Nishizawa berhasil menembak jatuh pesawat musuh yang ke-87.
Karena hampir semua pesawat Zero rusak dan tak layak terbang, pada 26 Oktober, Nishizawa dan pilot-pilot lainnya yang masih tersisa kemudian ditransfer dari Pulau Cebu ke Mabalacat dengan menaiki pesawat transport, Ki-49.
Dalam perjalanan nasib nahas menimpa mereka. Dua pesawat AS, F6F Hellcat dari VF-14 yang baru saja terbang dari kapal induk USS Wasp berhasil menyergap.
Pesawat Ki-49 yang ditumpangi Nishizawa behasil ditembak jatuh oleh dua pesawat itu dan jatuh terbakar menuju lautan. Nishizawa dan para pilot lainnya tewas.
Kepastian bahwa Nishizawa telah tewas sebenarnya baru terkuak tahun 1982.
Saat itu pilot F6F, yang berhasil menembak pesawat Ki-49, Harold P Newell, mengutarakan kisahnya di hadapan Saburo Sakai yang sedang berkunjung ke California, AS.
Atas info Newell, pihak Jepang pun kemudian mengumumkan secara resmi bahwa Nishizawa yang merupakan ace of ace Dai Nipon telah gugur pada tahun 1944 dan jasadnya terkubur di Samudra Pasifik.