Menurut Pijnappel, orang-orang Arab bermazhab Syafi'i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India lah yang membawa Islam ke Indonesia.
Teori ini kemudian dikembangkan oleh Snouck Hurgronje, yang menyatakan bahwa saat Islam mempunyai pengaruh kuat di kota-kota India Selatan, banyak muslim Dakka yang menjadi pedagang perantara dalam perdagangan antara Timur Tengah dan Indonesia.
Mereka dipercaya yang pertama kali menyebarkan Islam ke Kepulauan Melayu, baru kemudian diikuti oleh orang-orang Arab.
Hurgronje juga menyebut bahwa penyebaran Islam di nusantara bermula pada abad ke-12.
Pendapat Hurgronje didukung adanya inskripsi tertua tentang Islam di Sumatera yang mengindikasikan hubungan antara Sumatera dan Gujarat.
Sumatera Utara khususnya Pasai juga disebut dalam kisah perjalanan seorang musafir Maroko bernama Ibn Battuta sebagai tempat yang penting bagi rekonstruksi perkembangan Islam di Kepulauan Sumatera.
Teori ini semakin diperkuat dengan temuan tiga batu nisan muslim dari paruh pertama abad ke-15 Masehi yang ditemukan di daerah Pasai.
Ketiga batu nisan tersebut memiliki persamaan dengan batu nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang meninggal pada 1419 M.
Seorang sarjana Belanda lainnya, J.P. Moquette, berpendapat bahwa Islam di nusantara berasal dari Gujarat.
Moquette mengatakan bahwa batu nisan Maulana Malik Ibrahim bentuknya sama dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat.
Berdasarkan bukti sejarah yang berupa nisan kubur dan tata masyarakatnya, maka golongan pembawa islam ke indonesia adalah para pedagang dari India.
Pendapat Moquette banyak didukung oleh peneliti lain, seperti Kern, Winstedt, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke, dan Hall.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR