Sejak saat itu saya tidak pernah bertemu atau mendengar tentang William Pollard. Karier Dickinson sebagai penggantung ternyata pendek saja. Saya dengar dari algojo Pierrepoint bahwa Dickinson tidak tahan. Setelah sekali membantu Pierrepoint mengeksekusi orang, jasanya tidak pernah diminta lagi, karena ia dianggap memble.
Harus pandai tutup mulut
Pada tanggal 18 Januari saya mendapat surat pemberitahuan bahwa saya lulus ujian. Saya harus menandatangani surat perjanjian resmi yang menyatakan saya tidak boleh memberi keterangan apa pun kepada siapa pun tentang eksekusi. Saya tidak boleh menulis buku ataupun artikel, tidak boleh memberi ceramah, ikut pameran maupun main film! Penandatanganan saya lakukan di hadapan inspektur polisi setempat.
Sebulan kemudian saya dikabari bahwa kini saya sudah resmi menjadi penggantung orang dan nama saya termasuk dalam daftar asisten algojo. Saya diperingati agar jangan berani-berani menulis surat untuk menawarkan jasa kepada sheriff ataupun under-sheriff. Kalau hal itu dilanggar, nama saya akan dicoret dari daftar. Pekerjaan menggantung orang harus ditunggu, bukan diminta. Sekali lagi saya diingatkan agar tutup mulut.
Sebulan kemudian saya diundang untuk menyaksikan eksekusi terhadap James Farrell seperti yang sudah saya ceritakan pada awal tulisan ini.
Saya kagum sekali pada Pierrepoint dan Kirk. Mereka tetap tenang. Malam itu kami menginap di penjara. Suasana sangat santai, apalagi Kirk pandai melucu. Pierrepoint sebagai "si nomor satu" sangat dihormati. Kalau ia berbicara, semua mendengarkan. Baik Pierrepoint maupun Kirk adalah pemilik pub.
Pierrepoint meminta kami tidur pukul 22.00 dan ketika kami bangun keesokan harinya, saya dapati Pierrepoint maupun Kirk bersikap serius, sungguh-sungguh, tidak melucu atau santai seperti kemarin. Pekerjaan algojo memang bukan main-main. Pierrepoint algojo yang paling termasyhur di Inggris. la dan Kirk pernah dikirim ke Eropa untuk membantu Sekutu menggantung para penjahat perang Nazi.
Pubnya di Manchester Road, Hollinwood, banyak dikunjungi orang yang ingin berkenalan dengannya. Namun, jangan coba-coba mengorek keterangan dari Pierrepoint.
Baru tanggal 23 September saya menerima tawaran untuk membantu mengeksekusi ... seorang wanita! Walaupun dalam surat itu tidak disebutkan namanya, saya tahu wanita mana yang dimaksud: Margaret Lughlan Williams, yang menikam suaminya sampai mati tiga bulan setelah mereka menikah.
Pierrepoint memberi nasihat: jangan pernah menolak tawaran, nanti tidak akan ditawari lagi. Jadi, buru-buru saya membalas, menyatakan bersedia menjalankan tugas sebagai asisten algojo. Namun hukuman mati atas Ny. Williams dibatalkan, sehingga saya harus menunggu kesempatan lain.
Pekerjaan sambilan
Saat itu saya masih bekerja sebagai tukang las di pertambangan. Bos saya tidak tahu bahwa saya asisten algojo. Karena kemudian saya sering harus ikut menggantung orang, saya terpaksa meminta izin untuk boleh memberi tahu bos. Soalnya, saya bisa dipecat kalau sering-sering minta cuti tanpa alasan yang jelas. Begitu tahu saya ini tukang gantung resmi, hati bos saya yang galak itu menciut. Saya boleh tetap bekerja di pertambangan.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR