Bahkan setelah yakin yang ditangkap tentaranya memang Rudolf Hess, Perdana Menteri Inggris itu tetap memperlakukan pengikut setia Hitler itu sebagai tawanan perang.
(Baca juga: Uang Bisa Membeli Kebahagiaan, Asalkan...)
Proposal perdamaian yang ditawarkan Hess pun ditolak mentah-mentah.
Hitler marah besar
Tipu muslihat Flemming benar-benar membuat Hess mati kutu dan menunjukkan pada rakyat Inggris, Jerman dan dunia pada umumnya, bahwa Nazi yang mengaku uber alles bisa juga dikalahkan.
"Pembelotan" Hess pun membuat para petinggi Nazi berpikir soal kekalahan, walaupun saat itu mereka sedang berada di puncak kejayaannya.
Lalu bagaimana tanggapan Hitler?
Begitu mendengar kabar tentang penangkapan Hess, pemilik kumis Charlie Chaplin itu sangat murka.
Gestapo langsung menginterogasi dan menahan semua ahli astrologi dari okultisme yang terlibat kasus Hess.
Sebulan setelah peristiwa itu, segala bentuk ramalan dan okultisme dilarang dipublikasikan. Pelanggarnya pun diancam hukuman berat.
Pelarangan itu sekaligus menunjukkan kekalahan Jerman dalam perang astrologi melawan intelijen Inggris.
Padahal, jauh sebelumnya, ramalan-ramalan tentang masa depan sang fuehrer menjadi senjata andalan propaganda Nazi.
Karena kepergian Hess berkaitan dengan astrologi, tanda tanya hubungan Nazi dengan okultisme bak terjawab sudah.
Diam-diam, Hitler juga memerintahkan tentaranya menembak mati Hess jika kelak kembali ke Jerman.
Untunglah, perwira yang dicap sebagai pengkhianat itu baru kembali ke Tanah Airnya setelah perang usai dan diadili bersama sejumlah petinggi Nazi lainnya.
Mereka didakwa sebagai penjahat perang. Hess dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman seumur hidup di penjara Spandau.
(Baca juga: Perang Semakin Dekat: Untuk Tangkis Rudal Balistik Korut, AS Kerahkan Kapal Perang Antirudal ke Korsel)
Dia ditemukan mati tercekik di penjara yang sama tahun 1987, setelah permohonan pembebasannya ditolak Rusia, salah satu negara sekutu yang mempunyai "wewenang" atas Hess.
Rusia tidak bisa memaafkan Hess, karena mereka menganggap penerbangan Hess ke Inggris justru membuat Hitler berubah haluan menyerang Negeri Beruang Merah.
Peristiwa itu menelan korban jutaan jiwa rakyat tak berdosa.
Kasus Hess memang telah mencoreng muka Nazi.
Hitler boleh saja menyatakan, tindakan Hess itu lantaran yang bersangkutan mengalami gangguan jiwa.
Namun, rakyat Jerman dan mata dunia tak bisa ditipu. Apabila Hess memang benar mengalami gangguan jiwa, mengapa Hitler menjadikannya wakil fuehrer?
Jawabannya barangkali ada pada joke paling populer di Jerman setelah peristiwa itu.
"Bahwa pemerintah kita gila, itu sih sudah lama kita tahu. Tapi bahwa mereka mau mengakuinya, itu sesuatu baru."
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR