Robert Kagan, peneliti senior pada lembaga penelitian Brookings Institution, dikutip dari laman Foreign Policy menyatakan, AS yang memiliki kekuatan militer, ekonomi, dan budaya pasca-Perang Dingin memberikan pengaruh kuat pada negara-negara lain dengan kehadirannya di satu kawasan atau wilayah tertentu.
Sederhananya, menurut Kagan, cara kerja AS untuk memengaruhi mirip dengan cara benda yang lebih besar di ruang angkasa memengaruhi perilaku benda yang lebih kecil melalui tarikan gravitasinya.
Ilmuwan hubungan internasional, John Ikenberry, sejak dua dekade lalu mengingatkan tentang kemungkinan penurunan hegemoni AS ini bila “faktor-faktor” yang mendukung hegemoni itu tidak dijaga.
Perkembangan kawasan Asia Pasifik, mulai dari Asia Timur hingga Asia Tenggara, tidak terlepas dari hubungan timbal balik AS dan mitra strategisnya di Asia.
AS menjadi payung dan menjaga kawasan yang bertransformasi menjadi sebuah kawasan yang menarik untuk dijelajahi, setelah berjibaku dengan perang, pergolakan politik, demokratisasi hingga krisis ekonomi.
Tatanan Asia Pasifik saat ini tidak terlepas dari hubungan timbal balik, yang disebut Ikenberry sebagai hub-and-spoke, dan menimbulkan sistem interdependensi politik serta ekonomi yang kompleks.
Negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang secara ekonomi kuat seperti Korea Selatan, Jepang, Singapura, Hong Kong, dan Australia, mendapat perlindungan serta akses ke pasar AS yang besar.
Timbal baliknya, AS mendapatkan mitra strategis dan jangkar di garis depan dan pengaruh di kawasan.
KOMENTAR