Sebagai negara yang selama ini dinilai memiliki pengaruh kuat atas negara-negara di Kepulauan Pasifik, keputusan Sogavare bekerja sama dengan China dalam bidang militer dinilai akan mengganggu dan merusak pengaruh AS, serta mengganggu sekutu-sekutu dekatnya seperti Australia dan Selandia Baru.
Setelah beberapa saat menjabat, Presiden AS Joe Biden menyatakan, mengambil langkah berbeda dengan pendahulunya, Donald Trump.
Seperti halnya mantan Presiden Barrack Obama, Biden lebih menyukai tumbuh-kembangnya multilateralisme dan aliansi. Untuk itulah, dia menyerukan "Amerika telah kembali" dalam pidatonya di Gedung Putih pada 4 Februari 2021, beberapa pekan setelah dilantik.
Biden menyatakan, AS muncul kembali dan lebih siap untuk menyatukan dunia, bersama-sama membela demokrasi.
Bersama sekutu-sekutunya seperti Kanada, Inggris, Perancis, NATO, Jerman, Jepang, Korea Selatan, dan Australia, AS bertekad untuk menjalin kerja sama lebih erat, membangun kembali aliansi yang telah berhenti berkembang selama masa Trump.
Selama Trump berkuasa, taipan pemilik bisnis real estate ini tercatat mengikis 75 tahun kepemimpinan AS di panggung global.
Dengan slogan yang memenangkan hati pemilih AS, yaitu America First, dia membuat Negeri Paman Sam ini keluar dari berbagai forum multilateral, mengkritik mitra aliansinya, dan meremehkan institusi ekonomi internasonal.
Ketika Obama berkuasa, Australia menyambut kedatangan AS ke Asia Pasifik dan menyebutnya sebagai poros atau penyeimbang kembali Asia.
Namun, saat Trump berkuasa dan menarik diri dari berbagai kerja sama multilateral, tindakan ini dibaca sebagai sinyal bahwa Washington tidak lagi mampu dan mau membuat komitmen yang kredibel untuk Asia-Pasifik.
Francis Fukuyama, ilmuwan politik Amerika Serikat, dalam kolomnya di The Economist (November 2020) memandang, saat ini hegemoni AS di dunia merosot tajam.
Puncak hegemoni AS di seluruh dunia telah lewat, dan hanya berlangsung lebih kurang selama dua dekade, yaitu era 1990-an hingga krisis keuangan tahun 2007-2009.
“Amerika Serikat pada waktu itu sangat dominan, tidak hanya dalam kekuatan, tetapi juga militer, ekonomi, hingga budaya,” katanya.
KOMENTAR