Intisari-Online.com - Hubungan Australia dan China memburuk sejak Australia bergabung dengan Amerika Serikat (AS) untuk menuntut melakukan penyelidikan tentang asal-usul virus corona.
Baru-baru ini, Australia telah meningkatkan kerja sama dengan AS.
Pengerjaan fasilitas penyimpanan bahan bakar AS di Northern Territory Australia dimulai bulan lalu.
Fasilitas itu dibangun untuk memperluas kehadiran militer Amerika di kawasan Indo-Pasifik.
Namun, Canberra menghadapi masalah baru karena fasilitas tersebut akan dihubungkan melalui pipa bahan bakar ke Pelabuhan Darwin yang kontroversial.
Hal itu menyebabkan kekhawatiran keamanan nasional tambahan karena adanya kendali Perusahaan China atas dermaga tersebut, ABC News melaporkan.
PM says federal govt didn't have the power to intervene at the time over lease of Port of Darwin. If it had wanted to, couldn't it have used the defence power? Any experts with a view here?
— Michelle Grattan (@michellegrattan) February 18, 2022
Baru-baru ini, sebuah kapal militer China dituduh membahayakan nyawa Angkatan Pertahanan Australia setelah laser ditembakkan ke sebuah pesawat maritim di utara Australia, melansir The EurAsian Times, Senin (21/2/2022).
Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyebut ini "tindakan konfrontasi", yang akan dianggap serius oleh Canberra.
Diketahui, perusahaan swasta China Landbridge telah memenangkan tender untuk sewa 99 tahun Pelabuhan Darwin yang terletak di Northern Territory Australia yang strategis dan vital.
Kesepakatan senilai $ 506 juta tersebut telah berada di bawah pemantauan.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR