Twit-nya tersebut mendapat lebih dari 3.900 suka pada Kamis malam waktu setempat.
Seorang juru bicara pemerintah Yunani lantas merespons bahwa pesan seorang anggota Batalyon Azov adalah salah dan tidak pantas.
Kedutaan Ukraina di Athena mengatakan bahwa Batalion Azov, yang dibentuk sebagai kelompok sayap kanan pada 2014, telah direformasi dan diintegrasikan ke dalam Garda Nasional Ukraina.
"Selama bertahun-tahun, Rusia mencoba menanamkan mitos ke dalam pikiran Yunani bahwa 'Azov' adalah unit independen paramiliter yang beroperasi di Mariupol," kata Kedutaan Ukraina.
"Video itu tidak ada hubungannya dengan perbuatan Nazi, yang dilakukan Rusia di tanah kami dan terhadap rakyat kami," sambung Kedutaan Ukraina.
Sebelumnya, Surat kabar harian internasional yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS) The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan, Kanselir Jerman Olaf Scholz sempat menawarkan Volodymyr Zelensky kesempatan untuk perdamaian hanya beberapa hari sebelum peluncuran serangan militer Rusia.
Tetapi, presiden Ukraina itu disebut menolak tawaran tersebut.
Scholz telah membuat apa yang digambarkan oleh WSJ sebagai satu dorongan terakhir untuk penyelesaian antara Moskwa dan Kyiv kurang dari seminggu sebelum pasukan Rusia dikirim ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
“Kanselir mengatakan kepada Zelensky di Munich pada 19 Februari bahwa Ukraina harus meninggalkan aspirasi NATO-nya dan menyatakan netralitas sebagai bagian dari kesepakatan keamanan Eropa yang lebih luas antara Barat dan Rusia,” tulis WSJ, Jumat (1/4/2022), dilansir dari Russia Today (RT).
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR