China dan AS telah bersengketa secara umum atas perdagangan, virus Corona, HAM, dan sengketa wilayah lainnya, terutama ketika mantan Presiden AS Donald Trump memegang kekuasaan.
AS dan kekuatan lainnya, menolak menerima klaim kedaulatan China di perairan tersebut, mendemonstrasikan kemarahan mereka dengan mengirimkan kapal perang melalui perairan itu dalam patroli "kebebasan berlayar".
Ketakutan konflik antar negara tetap ada, dengan pemain-pemain besar di perairan itu menyiapkan kehadiran militernya.
Pakar seperti Profesor Oriana Skylar Mastro, dari Universitas Georgetown, khawatir pamer kekuatan militer di wilayah itu suatu hari akan menyebabkan konflik.
Wanita itu mengatakan kepada Dewan Hubungan Luar Negeri tahun ini: "Kurasa ada beberapa faktor yang menunjukkan jika China tidak bisa mencapai tujuannya yaitu kontrol de fakto dari perairan Laut China Selatan, bisa memburuk."
"AS dapat bertindak lebih asertif, menuntun pada agresi oleh China.
"Bukan tidak mungkin jika China akan sampai pada kesimpulan bahwa cara diplomasi tidak bekerja.
"Ditambah dengan kemampuan proyeksi kekuatan baru, kekuatan militer pertama kalinya… terakhir, Anda bisa melihat China mengambil aksi militer, seperti merenggut pulau-pulau sebagai aksi kinetik melawan kapal-kapal AS di perairan Laut China Selatan."
KOMENTAR