Bak Kamp Konsentrasi Nazi, Diperkirakan Lebih dari 60.000 Orang Mati di Rumah Sakit Jiwa di Brasil, Tempat Orang Datang untuk Disiksa dan Mati, Mereka dengan Kriteria Ini yang Jadi Korbannya

K. Tatik Wardayati

Editor

Bak holocaust Brasil, yang menewaskan hingga 60.000 orang.
Bak holocaust Brasil, yang menewaskan hingga 60.000 orang.

Intisari-Online.com – Professor Ivanzir Vieira tidak percaya dengan apa yang dilihat matanya.

Ketika itu bulan Maret 1970 dan dia tepat waktu untuk kuliahnya.

Saat memasuki lobi universitas farmasi, puluhan mayat wanita dan pria, tua dan muda berderet di lantai.

Mayat-mayat itu setengah telanjang dan, dari baunya, Vieira bisa tahu bahwa mereka sudah mati selama berhari-hari.

Adegan itu mengingatkannya pada neraka Dante.

Saking bingungnya, dia bertanya kepada teknisi anatomi mengapa ada begitu banyak mayat, dan jawabannya terus bergema di kepalanya selama beberapa dekade.

Sebuah mobil minibus dari rumah sakit jiwa terdekat berhenti di dekat universitas.

Mereka tidak membutuhkan tubuh sebanyak itu, tetapi harganya terlalu bagus untuk mengatakan tidak.

Baca Juga: Inilah ‘Holocaust yang Terlupakan’, Kesaksian Langsung dan Tidak Langsung Holocaust di Ukraina yang Masih Jadi Kontroversi Penjelasan Sejarah, Hingga Terlibat Konflik dengan Rusia

Baca Juga: Keluarga Yahudi Ini Lolos dari Maut Holocaust Justru Karena Keterbatasan Fisiknya hingga Jadi Bahan Eksperimen 'Malaikat Maut' Dokter Psikopat

Setelah itu, butuh waktu bertahun-tahun bagi profesor Vieira untuk memahami, apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu.

Saat itu, tahun 1970, psikiatri menjadi topik yang sangat disalahpahami di Brasil, dan di tempat lain.

Rumah sakit Barbacena, yang dibuka pada tahun 1903, bekerja dengan tenaga penuh.

Rumah sakit ini memiliki kapasitas ruangan untuk 200 pasien, tetapi menampung sekitar lima ribu pasien.

Sebagian besar dari mereka sebenarnya tidak memiliki diagnosis penyakit mental.

Sekitar 70 persen orang yang dikirim ke Rumah sakit Barbacena adalah orang-orang yang tidak sesuai dengan aturan masyarakat, mereka orang cacat, homoseksual, anak yang tidak diinginkan, dan korban pemerkosaan, serta orang yang dianggap pemalu.

Suami yang sudah selesai dengan istri mereka dan ingin pindah dengan orang lain, akan mengirim istrinya ke Barbacena.

Ya, daftar ‘penghuni’ Barbacena panjang, begitu juga dengan daftar kekejaman yang terjadi di tempat yang menghebohkan itu.

Baca Juga: Islam Kembali Dituding Jadi Dalang Holocaust Usai MUI Tolak Museum Holocaust di Sulut, Pertemuan Hitler Ini Pemicunya

Baca Juga: Kisah Memilukan di Balik Penemuan 3 Liontin 'Jimat' Yahudi yang Mengungkap 'Doa dan Iman' Berusia Ribuan Tahun di Kamp Konsentrasi Nazi

Rumah Sakit Barbacena tidak mirip dengan rumah sakit jiwa saat ini, bahkan bisa dikatakan paling mirip dengan kamp konsentrasi Nazi.

Pasien datang dengan kereta aapi, yang kemudian disebut ‘kereta gila’.

Tidak ada cukup tempat tidur, pakaian, air, atau makanan untuk pasien dalam jumlah besar, sehingga banyak yang tewas karena kelaparan atau hipotermia.

Pasien juga berjalan dengan telanjang, mereka buang air besar dan air kecil di mana-mana karena tidak ada tempat yang lebih baik.

Mereka memiliki semua jenis parasit dan dibiarkan mati ketika sakit, melansir history of yesterday.

Lalu, untuk ‘pengobatan’ psikiatri terdiri dari listrik kejut yang diberikan tanpa anestesi atau obat penenang.

Kadang-kadang, pasien bisa selamat, tetapi di lain waktu tidak.

Mandi air dingin juga diberikan kepada pasien sebagai bentuk hukuman.

Baca Juga: Benarkah Eropa Jadikan Israel 'Anak Emas' dengan Menciptakan Tanah Air Israel di Palestina untuk Meminta Maaf atas Peristiwa Holocaust?

Baca Juga: Seandainya Pembantaian Yahudi 'Holocaust' Tak Pernah Terjadi, Sekarang Populasi Bangsa Yahudi Bisa Sebanyak Ini, Pemulihannya Kini Tak Ada Setengahnya

Pasien juga mengalami lobotomi, yaitu prosedur pembedahan yang melibatkan sayatan ke lobus prefrontal otak.

Rumah sakit ini telah mengalami begitu banyak kematian, sehingga pemakaman setempat tidak dapat menampung lebih banyak mayat.

Maka, solusinya adalah mulai membuat keuntungan dari mayat-mayat itu.

Sekitar 16 orang setiap hari meninggal di rumah sakit dan mayatnya dijual ke sekolah kedokteran. Yang tidak bisa dijual, mayat akan dibakar dan tulangnya dijual.

Begitu banyak orang yang hancur bersama, pelecehan seksual pun terjadi, beberapa wanita hamil di rumah sakit itu atau bahkan tiba sudah hamil.

Wanita-wanita ini akan menggosok kotoran di sekitar perut mereka sehingga tidak ada yang akan menyakiti bayi mereka.

Setelah bayi lahir, bayi itu diambil dan diberikan untuk diadopsi oleh keluarga lain.

Para ibu tidak bisa berkata apa-apa, mereka tidak punya hak, bukan sebagai ibu, bukan juga sebagai manusia.

Baca Juga: Logikanya Sudah Tidak Bisa Dipahami, Membakar Bendera Israel Dilarang Tapi Membunuh Warga Palestina Bukan Masalah di Negara Gila Israel Ini

Baca Juga: Orang-orang Mungkin Lupa, Nyatanya Konflik China dengan Jepang Rugikan Setidaknya Sepuluh Juta Nyawa, Tengok Saja Tahun-tahun Penting Ini, Lebih Mengerikan daripada Nazi Jerman

Kekejaman Barbacena tidak dipublikasikan sampai akhir tahun 1970-an.

Psikiater Italia, Franco Basaglia, mengunjungi rumah sakit itu pada tahun 1879 dan menyebutnya sebagai kamp konsentrasi Nazi.

Pada tahun itu pula, jurnalis Hiram Firmino menerbitkan beberapa artikel tentang rumah sakit itu, dan film dokumenter Helvecio Ratton membuat film dokumenter tentang itu.

Tak lama setelah itu, rumah sakit pun ditutup.

Diperkirakan lebih dari 60.000 orang meninggal di Barbacena.

Beberapa orang yang selamat kemudian dipindahkan ke bangunan tempat tinggal dan diberi ganti rugi oleh pemerintah.

Rumah sakit Barbacena menjadi salah satu momen memalukan dari sejarah penyakit mental.

Penting agar kita tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Tapi terkadang, sejarah itu membantu kita memahami kesalahan masa kini.

Baca Juga: ‘Sumber Kepuasan yang Luar Biasa Bagi Saya’ Inilah Adolf Eichmann, Tukang Jagal Orang Yahudi Sekaligus Arsitek Jahat Holocaust Saat Perang Dunia II, Tapi Mudah Disuap dengan Benda Berharga Ini!

Baca Juga: Kisah Ruth Gruber, Jurnalis yang Bantu 1.000 Pengungsi Yahudi Selama Perang Dunia II, Meninggal di Usianya yang ke-105

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait